Vale Bangun Smelter HPAL, Produknya Bakal Diekspor ke Jepang?
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memiliki rencana untuk membangun smelter nikel dengan metode High Pressure Acid Leach (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Deputy CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan produk dari smelter HPAL Pomalaa ini akan cocok digunakan untuk bahan baku baterai mobil listrik. Vale akan bermitra dengan perusahaan asal Jepang yaitu Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM) untuk membangun proyek smelter HPAL ini. Sejauh ini, berdasarkan diskusi dengan mitranya itu, menurutnya produk dari smelter akan diekspor ke Jepang.
"Produk dari smelter di Pomalaa nantinya cocok untuk baterai mobil listrik. Dari diskusi kami dengan partner memang rencananya akan diekspor ke Jepang," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu (14/10/2020).
Meski demikian, menurutnya Vale akan tetap memperhatikan aturan terkait adanya kewajiban penjualan ke pasar dalam negeri (domestic market obligation/ DMO) terlebih dahulu, apalagi bila ke depan Indonesia bakal memiliki pabrik baterai sendiri. Pihaknya akan mendiskusikannya dengan mitra. Namun sejauh ini, dari diskusi yang tengah berjalan, orientasi ekspor masih ke Jepang.
"Saat ini diskusinya masih ekspor ke Jepang, namun kan perkembangannya cukup kencang ya, kita lihat nanti. Tentu kita akan menghargai dan respect lah posisi dari negara dan pemerintah," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan negosiasi dengan mitra akan terus dilakukan. Secara paralel, pihaknya juga tengah merampungkan proses perizinan dan pendanaan proyek (financing), karena untuk mengurus semua hal tersebut membutuhkan waktu. Proses negosiasi dengan mitra pun menurutnya sempat terkendala akibat terjadinya pandemi Covid-19.
"Ya sekarang sudah kami upayakan meminimalisir dampaknya. Jepang juga kena pandemi Covid. Sebelumnya bisa tatap muka, bisa cepat selesai, tapi sekarang dilakukan secara virtual. Ya proses ini sedikit terhambat," paparnya.
Perlu diketahui, adapun bijih nikel yang diolah melalui smelter HPAL ini biasanya bijih nikel kadar rendah (limonite nickel). Adapun produk hasil olahan HPAL ini nanti bisa berupa Mix Hydroxide Precipitate (MHP) maupun Mix Sulphide Precipitate (MSP). Produk ini merupakan cikal bakal nickel sulphate atau cobalt sulphate yang menjadi bahan baku komponen baterai.
Dampak Pandemi Covid-19 pada Pemintaan Nikel
Febriany mengatakan pandemi Covid-19 membuat permintaan nikel semakin melemah. Dia menjelaskan, industri nikel cukup bergantung kepada China karena sebanyak 2/3 dari nikel diserap industri stainless steel. Sementara 50% industri stainless steel dunia itu ada di China.
"Jadi, mau tidak mau kondisi stainless steel di China menjadi faktor utama dalam memengaruhi industri nikel. Kalau kita lihat, permintaan sempat melemah karena pandemi, tapi kemudian sudah menguatlah sekarang, itu dari sisi permintaan," jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya nikel saat ini dalam kondisi kelebihan pasokan (over supply) dan diperkirakan akan berlangsung dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Namun syukurnya, imbuhnya, harga tidak tertekan, bahkan sampai tembus di US$ 15.000 per ton.
Kenaikan harga nikel ini menurutnya karena adanya sentimen positif, khususnya sentimen dari mobil listrik.
"Kita sangat optimis dengan mobil listrik ini. Kita melihat dunia tidak punya pilihan lain selain bergerak ke arah mobil listrik," paparnya.
Seperti diketahui, dunia saat ini tengah fokus pada isu pemanasan global dan dampak negatif dari polusi, sehingga ingin beralih ke transportasi dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, penggunaan mobil listrik di dunia masih sangat rendah dibandingkan total populasi kendaraan karena harga mobil listrik masih lebih mahal dibandingkan mobil konvensional berbahan bakar minyak.
"Kenapa (mobil listrik) mahal? karena baterainya mahal sekali. Baterainya kenapa mahal? nah inilah ada koneksi dengan nikel, karena nikel adalah metal yang bisa simpan energi paling tinggi sehingga kalau lebih banyak komponen nikel di dalam baterai, maka jarak tempuh akan lebih jauh dan baterainya akan lebih ringan," tuturnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.