Ada Kabar Oke dari Wamen BUMN, Saham ANTM-TINS-INCO kok Drop?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham trio emiten yang bakal mendapatkan katalis positif Indonesia Battery Holding (IBH) yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ambruk pada perdagangan Selasa kemarin (2/2/2021).
Bahkan saham ketiganya nyaris menyentuh level batas auto reject bawah (ARB), atau terkena sistem penolakan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan maksimal hanya bisa turun 7% sehari.
Data BEI mencatat, penurunan saham ketiganya juga terjadi saat
Saham ANTM anjlok menyentuh ARB, terkoreksi tajam hingga 6,92% di posisi Rp 2.420/saham dengan nilai transaksi Rp 2,36 triliun dan volume perdagangan 942 juta saham. Dalam 30 hari perdagangan, saham ANTM naik 8,52%.
Saham TINS juga ARB, ambles 6,83% di level Rp 1.910/saham dengan nilai transaksi Rp 492 miliar dan volume perdagangan 246 juta saham. Dalam 30 hari perdagangan terakhir saham anak usaha MIND ID ini naik 17%.
Baca: Duh! Perhatian Pasar (Terpaksa) Balik Lagi ke Isu Pandemi
Adapun saham INCO juga minus 5,60% di posisi Rp 5.900/saham, dengan nilai transaksi Rp 307 miliar dan volume perdagangan 50,44 juta saham. Dalam sebulan perdagangan terakhir, saham INCO cuma naik 3%.
Katalis positif terbaru bagi ketiganya yakni soal pernyataan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menargetkan pembentukan Indonesia Battery Holding (IBH) di semester I-2021.
Perusahaan holding ini nantinya terdiri dari empat BUMN antara lain MIND ID atau PT Inalum (Persero), ANTM, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
MIND ID juga membawahi anak usaha yakni TINS, dan juga memegang 20% saham INCO sebagai bagian dari kewajiban divestasi Vale kepada negara.
Target IBH tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury.
"Kami harap pembentukan IBH bisa dibentuk di Semester 1 tahun ini. Sudah ada diskusi empat badan usaha itu, juga sudah ada diskusi awal dengan para calon mitra, timeline Semester 1 tahun ini," ungkapnya dalam 'BUMN Media Talk, EV Battery: Masa Depan Ekonomi Indonesia' secara daring, Selasa (02/02/2021).
Mantan Dirut PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ini mengatakan nantinya IBH ini bisa menjadi satu perusahaan yang bisa melakukan kerja sama dengan para calon mitra.
"Jadi satu perusahaan yang bisa melakukan penandatanganan kerja sama joint venture (jv) dengan para calon mitra," jelasnya.
Menurutnya, rantai pasok dari industri baterai ini sangat panjang, mulai dari pertambangan, smelter, pembuatan pabrik prekursor, dan lainnya.
Baca: Saham Antam dkk Ambles, Gara-gara Kunjungan Tesla Ditunda?
"Nah memayungi semua value chain itu Indonesia Battery Corporation (Indonesia Battery Holding) ini. Dimiliki empat perusahaan, MIND ID, Antam, PLN, dan Pertamina. Kita selalu sampaikan kita harus terintegrasi," mantan Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) ini.
Di sisi hulu ada Antam, MIND ID, dan di hilir ada Pertamina dan PLN. Holding yang sudah dibentuk ini bisa menurutnya bisa melakukan kerja sama dengan calon mitra potensial, seperti dari China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara Eropa.
"Memang 3-4 negara-negara ini para pemain global bisa bawa uang, bawa teknologi, dan bawa pasar, sehingga apa yang diproduksi di masing-masing bagian dari value chain produk EV maupun baterai kita kerjasamakan," ungkapnya.
Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan Indonesia punya ambisi besar holding baterainya bisa menjadi pemain global. Menurutnya BUMN memiliki ambisi besar untuk mengembangkan ekosistem baterai EV pada 2025.
Dia menyebut, Indonesia dianugerahi material yang bisa menjadi bahan baku pembuatan baterai mobil listrik. Produksi nikel sulfat menurutnya sebesar 50 ribu-100 ribu ton per tahun yang bisa digunakan di dalam negeri dan ekspor.
"Menjadi produsen prekursor dan katoda global dengan output tahunan 120 ribu-240 ribu ton untuk diekspor dan digunakan secara lokal," paparnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.