JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk membeli 3,7 persen saham PT Cita Mineral Investindo Tbk. Dengan aksi korporasi tersebut, Adaro menekankan, upaya diversifikasi usaha dengan melirik potensi bisnis mineral.
Head Of Corporate Communication Adaro Energy, Febriati Nadira, menjelaskan, perseroan memilih berinvestasi kepada Cita Mineral Investindo dengan alasan bisnis metallurgical grade bauxite dan smelter grade alumina merupakan bisnis yang menjanjikan dalam jangka panjang. Dalam menjalankan aksi korporasi tersebut, Adaro merogoh kocek senilai Rp 358,76 miliar.
"Perusahaan melihat perbaikan perekonomian global dan peningkatan harga komoditas. Selain itu, pembelian saham ini merupakan bagian dari diversifikasi aset nontambang Adaro," ujar Febriati kepada Republika, Senin (20/12).
Aksi korporasi ini, kata Ira, berasal dari kas internal perusahaan. Ira menjelaskan, Adaro saat ini memiliki posisi keuangan dan tingkat likuiditas yang relatif cukup baik. Sehingga, ujarnya, perseroan memiliki fleksibilitas untuk melakukan investasi keuangan terukur pada instrumen yang memiliki tingkat profil risiko yang lebih tinggi.
“Investasi keuangan ini diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian yang baik," ujar Ira.
Hingga kuartal III 2021, Adaro berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif terutama disokong oleh pergerakan harga batu bara yang meningkat. Adaro berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 420,9 juta dolar AS hingga kuartal III 2021. Angka itu tumbuh 284,81 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menjelaskan, kenaikan laba ini didongkrak pendapatan perusahaan yang tumbuh 31,44 persen (year on year/yoy) menjadi 2,56 miliar dolar AS dalam periode sembilan bulan tahun ini. "Tahun ini, kondisi pasar batu bara yang kondusif semakin meningkatkan profitabilitas perusahaan," ujar Garibaldi melalui keterangan resmi, Rabu (1/12).
Garibaldi menyampaikan, perseroan mencatat produksi batu bara pada periode tersebut sekitar 40 juta ton. Angka itu turun 4 persen (yoy). Sedangkan, volume penjualan batu bara sebesar 38,86 juta ton atau turun 5 persen (yoy).
Menurut Garibaldi, fokus Adaro dalam keunggulan operasional dan efisiensi di sepanjang rantai pasok batu bara memungkinkan pencapaian kinerja yang solid. Meski dihadapkan dengan kondisi cuaca yang menantang, Adaro berhasil menyediakan pasokan yang andal bagi para pelanggan.
"Dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir fundamental pasar batu bara, kami memutuskan untuk melakukan penyesuaian pada target profitabilitas. Karena itu, panduan EBITDA operasional direvisi menjadi 1,75 miliar - 1,90 miliar dolar AS untuk tahun 2021," ujar Garibaldi.
Dengan catatan kinerja yang positif, Adaro turut berkontribusi dalam membayarkan royalti serta pajak penghasilan kepada pemerintah. Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah serta beban pajak penghasilan mencapai 510 juta dolar AS.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.