Berjatuhan dari level tertinggi, begini pergerakan harga nikel, timah, dan tembaga
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam industri seperti timah, tembaga, dan nikel naik signifikan di kuartal pertama 2021. Harga nikel mencapai level tertinggi sejak September 2014 pada Februari lalu. Tapi, harga mulai menurun. Penurunan harga nikel terlihat paling tajam di antara logam industri lainnya.
Menjelang akhir Februari 2021, harga nikel kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) mencapai US$ 19.709 per metrik ton. Akhir pekan lalu, harga nikel sudah turun ke US$ 16.628 per metrik ton.
Harga timah kontrak tiga bulan di LME pun mencapai level US$ 26.840 per metrik ton pada Februari lalu. Ini adalah level tertinggi harga timah sejak Agustus 2011. Pada akhir pekan lalu, harga timah sudah turun ke US$ 25.755 per metrik ton.
Harga tembaga kontrak tiga bulan di LME juga bergerak serupa dengan angka tertinggi tahun ini US$ 9.412 pada 25 Februari lalu. Ini adalah harga tertinggi tembaga sejak Agustus 2011. Pada akhir pekan lalu, harga tembaga sudah turun ke US$ 8.926 per metrik ton.
Baca Juga: Indeks manufaktur Indonesia capai rekor, saham-saham ini bisa ditimbang-timbang
Menurut Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi, pergerakan harga komoditas industri timah, tembaga, dan nikel mencapai level puncak di kuartal pertama, yang disebabkan oleh sentimen mobil listrik.
Harga nikel melejit karena sentimen larangan ekspor dan Uni Eropa (UE) yang melakukan perlawanan melalui WTO. Hal ini menyebabkan harga nikel kembali terbang. “Ketiganya adalah bahan dasar untuk pembuatan mobil listrik,” kata Ibrahim.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari banyak faktor yang berbulan-bulan sebelumnya, seperti tren pergerakan komoditas utama, reflationary trade, dan isu pilpres di AS. Sehingga harga yang terjadi saat ini merupakan harga yang sudah diantisipasi pasar karena kenaikan di berbagai aset didorong oleh ekspektasi yang sudah berlangsung.
Ibrahim menambahkan bahwa kemungkinan besar pada saat perekonomian kembali membaik, harga pun kembali normal. Dia menilai kondisi harga saham ini sudah terlalu tinggi. Untuk kuartal kedua, ekonomi AS diperkirakan akan lebih baik, pertumbuhan ekonomi lebih cepat sehingga.
Baca Juga: Soal pembukaan kembali ekspor konsentrat mineral, ini kata pengamat dan ekonom
Ibrahim mengatakan hal tersebut akan menyebabkan harga komoditas berguguran. “Berguguran karena menguatnya indeks dolar, sehingga harga komoditas seperti timah nikel dan tembaga akan kembali di harga yang sebelumnya,” kata Ibrahim.
Menurut Wahyu kondisi saat ini masih belum tentu terjadi supercycle, karena yang terjadi adalah tsunami cash. Fundamental untuk pertumbuhan masih kurang meyakinkan sehingga akan terancam krisis baru. "Jadi komoditas tidak secara kompak mengalami kenaikan atau penurunan," kata dia.
Wahyu memperkirakan harga tembaga akan berada di kisaran US$ 8.000 per metrik ton-US$ 9.700 per metrik ton. Harga timah berada di kisaran US$ 23.000 per metrik ton-US$ 28.000 per metrik ton. Sedangkan harga nikel berada di kisaran US$ 14.000 per metrik ton-US$ 18.000 per metrik ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.