Bisnis Nikel Cerah, PAM Mineral Bidik Pertumbuhan Laba 263%
JAKARTA, investor.id – PT PAM Mineral Tbk (NICL) diprediksi membukukan penjualan sebesar Rp 195,44 miliar dengan laba komprehensif periode berjalan Rp 28,45 miliar berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020.
Perolehan itu menunjukan kenaikan signifikan dibandingkan dengan kinerja perseroan di tahun 2019, yang pada periode tersebut tercatat membukukan kerugian komprehensif sebesar Rp14,07 miliar. Sementara itu posisi laba usaha di 2020 diprediksi sebesar Rp 33,57 miliar, tahun sebelumnya tercatat mengalami rugi usaha sebesar Rp 16,5 miliar.
Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka mengatakan, kenaikan laba usaha yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan yakni IBM (PT Indrabakti Mustika) yang cukup signifikan.
“Perseroan optimistis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya” jelas Ruddy Tjanaka dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (30/7/2021). Sementara untuk tahun ini, Perseroan memproyeksikan dapat meraih volume penjualan sebanyak 1.800.000 metric ton (MT), naik 87,04% dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 MT.
“Sedangkan untuk laba bersih kami menargetkan dapat meraup laba bersih sebesar Rp103 miliar, meroket sebesar 263,46% dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp 28,45 miliar” tambah Ruddy Tjanaka.
Sebagai catatan, PAM Mineral merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel, yang memiliki anak usaha bernama PT Indrabakti Mustika (IBM) . Bijih nikel perseroan maupun anak perusahaan, IBM memiliki kadar Ni antara 1,4%-1,8%. IBM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 576 hektare (ha). Sedangkan perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Desa Buleleng, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 198 ha.
Area potensi nikel dari IUP perseroan seluas 198 ha sudah seluruhnya dieksplorasi, dimana seluas 47 ha sudah tertambang, sisanya belum dilakukan penambangan. Sementara itu, area potensi nikel dari IUP IBM mencapai sekitar 450 ha, dimana area yang sudah tertambang dan terganggu (area IUP yang sudah dibuka atau land clearing, namun belum dilakukan penambangan) seluas 15 ha. Dengan rincian, area tertambang Utara seluas 10 ha dan Selatan seluas 5 ha.
Area yang belum ditambang dari IUP IBM seluas 435 ha. Ruddy optimistis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat. Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).
Pabrik baterai tersebut ditargetkan untuk mulai beroperasi pada 2023. Karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam Cobalt sebagai bahan baku baterai. Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.
Dengan eksplorasi yang terus menerus dilakukan, Perseroan berkeyakinan ke depan bersama anak usaha dapat memiliki sumberdaya 28 juta ton lebih bijih nikel. Dari 28 juta bijih nikel tersebut, lanjut Ruddy, tidak semua memiliki kadar tinggi namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah.
Selain bijih nikel kadar tinggi, Perseroan saat ini juga telah melakukan penjualan bijih nikel kadar rendah ke smelter yang ada. Untuk rencana jangka pendek, perseroan optimitis akan memenuhi target sebanyak 1,8 juta MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru.
Dengan demikian, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi ke depannya. Sebagai catatan, belum lama ini PT PAM Mineral Tbk melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak 2 miliar saham ke publik.
Besaran saham itu setara dengan 20,7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Dengan harga IPO sebesar Rp 100 per saham, perseroan menerima dana segar Rp 200 miliar. Editor : Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id) Sumber : Majalah Investor
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Bisnis Nikel Cerah, PAM Mineral Bidik Pertumbuhan Laba 263%"
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.