Dirut MIND ID: IPO Inalum Operating Akhir Tahun 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum (Persero) atau MIND ID menargetkan akan bisa melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/ IPO) alias menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk Inalum Operating pada akhir tahun 2022 mendatang.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (27/09/2021).
Dia memaparkan, rencana IPO sudah masuk ke dalam rencana aksi korporasi pemegang saham yakni Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Rencana IPO sudah masuk ke dalam rencana untuk corporate action pemegang saham dalam hal ini Menteri BUMN sudah ada rencana demikian," paparnya kepada Komisi VII DPR, Senin (27/09/2021).
Dia mengatakan, kini perusahaan dalam tahap proses pemisahan antara MIND ID sebagai Holding BUMN Pertambangan dan Inalum Operating sebagai badan usaha yang memproduksi aluminium.
"Saat ini proses pemisahan MIND ID dan Inalum Operating sudah sampai ke Menteri Keuangan, sudah ada surat permohonan dari Kementerian BUMN ke Kemenkeu untuk melanjutkan proses penerbitan PP terkait dengan pemisahan fungsi ini," jelasnya.
Jika proses pemisahan bisa terlaksana tahun ini atau awal tahun depan, maka pihaknya berharap bahwa IPO bisa dilakukan pada akhir tahun 2022.
"Kalau proses pemisahan ini bisa terlaksana tahun ini atau awal tahun depan, diharapkan IPO bisa terlaksana di akhir tahun 2022. Demikian timetable, setelah itu kita bahas lagi lebih lanjut bila diperlukan dan dimungkinkan MIND ID (IPO), tapi itu action dari pemegang saham," tuturnya.
Sebelumnya, dia menyampaikan MIND ID menganggarkan belanja modal tahun atau capital expenditure (capex) ini sebesar Rp 29 triliun. Orias mengatakan anggaran tersebut untuk mendanai sejumlah proyek strategis yang tengah digarap perusahaan, termasuk perusahaan di bawah Holding MIND ID.
"Capex sekitar Rp 29 triliun," ungkapnya. Baca: MIND ID Usulkan Sederet Insentif agar Industri Baterai Jalan
Dia mengatakan, dari Rp 29 triliun tersebut, sebesar Rp 2 triliun untuk investasi rutin dan selebihnya Rp 27 triliun untuk proyek-proyek strategis perusahaan.
Eks Direktur Reliance Sekuritas dan CEO Pelindo III ini pun memaparkan sejumlah proyek strategis MIND ID, antara lain:
1. Indonesia Battery Corporation (IBC)
Rencana pembangunan baterai kendaraan listrik dilaksanakan melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) di mana MIND ID dan juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masing-masing memegang 25% saham di Holding BUMN Baterai ini.
Perusahaan ini direncanakan akan membangun industri baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pertambangan, smelter High Pressure Acid Leach (HPAL), lalu pengolahan nikel dan kobalt sulfat yang merupakan bagian dari bahan baku prekursor baterai.
2. Smelter Grade Alumina
Proyek ini direncanakan dibangun dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina dan ditargetkan beroperasi pada 2023 mendatang. Saat ini dalam tahap konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction/ EPC).
Dia mengatakan, perusahaan menganggarkan sekitar US$ 700-800 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) untuk proyek ini.
3. PLTU Pabrik Feronikel Halmahera Timur
Proyek pembangkit listrik ini direncanakan berkapasitas 2x45 MW PLTU dan 3x18 MW PLTD. Ditargetkan PLTD beroperasi pada 2022 dan PLTU pada 2025 mendatang. Saat ini telah dilakukan proses pra kualifikasi calon penyedia listrik fase 1 untuk tahun 1-5 dan akan dilanjutkan dengan proses pengadaan listrik jangka pendek.
4. Gasifikasi Batu Bara
Proyek ini direncanakan akan menghasilkan dimethyl ether (DME) sebesar 1,4 juta ton dari batu bara berkadar rendah (low rank coal).
Akan dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan Amerika Serikat Air Products, ditargetkan proyek ini sudah beroperasi komersial pada 2024 mendatang.
Saat ini tengah dilakukan Desain Teknis Rinci Akhir (Front End Engineering Design/ FEED) berganda (multiple FEED) secara paralel, penataan lahan pabrik, dan pengurusan perizinan. Namun menurutnya tahun ini perusahaan belum akan mengeluarkan investasi di tahun ini untuk proyek gasifikasi batu bara ini.
"Proyek gasifikasi batu bara porsi spending-nya nanti, nggak masuk sekarang," ujarnya.
5. Proyek Pembangunan Smelter Tembaga
Proyek ini adalah smelter tembaga baru yang tengah dibangun PT Freeport Indonesia dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun. Proyek ini ditargetkan harus bisa beroperasi pada 2023, namun karena adanya pandemi Covid-19 perusahaan memperkirakan akan terjadi keterlambatan sekitar satu tahun menjadi 2024.
Selain rencana di kawasan industri terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur, menurutnya kini Freeport juga masih berdiskusi dengan Tsingshan untuk menggarap smelter baru di Weda Bay, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Jika kerja sama jadi dilakukan dengan Tsingshan, maka menurutnya Freeport hanya memegang saham 25% dan selebihnya Tsingshan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.