Ekspansif, Industri Morowali Bangun Klaster Baterai EV!
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah kini tengah membangun klaster yang memproduksi komponen baterai kendaraan listrik (EV).
Secara total, ada tiga klaster yang dimiliki oleh IMIP.
CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan, klaster pertama adalah klaster stainless steel, yakni mengolah bijih nikel menjadi Nickel Pig Iron (NPI) hingga stainless steel.
Secara rinci, di klaster ini ada 44 lines tungku smelter NPI, sementara kapasitas produksi stainless steel sebesar 3 juta metrik ton (MT) per tahun, lalu kapasitas produksi hot rolled coil 3 juta ton per tahun, dan cold rolled coil 0,5 juta ton per tahun.
"Klaster stainless steel, base-nya adalah nikel. Ini merupakan paling besar di dunia untuk satu tempat," ungkapnya dalam webinar 'Mineral for Energy', Selasa malam (14/09/2021). Pilihan Redaksi
Ketergantungan Dunia pada Nikel Indonesia itu Nyata! MIND ID Usulkan Diskon Royalti & Harga Patokan Nikel, Kenapa? Industri Morowali Sudah Investasi Rp147 T, Ini Setoran ke RI
Kemudian, klaster kedua yakni carbon steel. Dia bercerita klaster ini dibangun atas permintaan dua menteri, yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Permintaan membangun klaster carbon steel ini disampaikan saat dua menteri tersebut melakukan kunjungan ke kawasan industri ini.
Klaster ini memproduksi carbon steel dengan kapasitas produksi 3,5 juta ton per tahun dan memakan investasi sebesar US$ 1,1 miliar. Klaster ini menyerap sebanyak 5.000 orang tenaga kerja.
"Karena Indonesia menggunakan baja untuk saving devisa, kita bangun dan untungnya investor mau bangun di Morowali, ini untuk kebutuhan baja dalam negeri," tuturnya.
Selanjutnya klaster terakhir adalah klaster komponen baterai. Klaster ini memproduksi katoda baterai untuk kendaraan listrik. Klaster yang masih dalam tahap pembangunan ini menurutnya ditujukan untuk mendukung energi bersih dan terbarukan.
Klaster katoda baterai EV ini terdiri dari sejumlah perusahaan, antara lain: 1. PT Huayue Nickel Cobalt yang memiliki kapasitas produksi 70.000 ton per tahun (Ni-Co). 2. PT QMB New Energy Material dengan kapasitas produksi sebesar 50.000 ton per tahun (Ni Sulfide & Ni-Co). 3. PT Fajar Metal Industry dengan kapasitas 60.000 ton per tahun (Ni Sulfide). 4. PT Teluk Metal Industry dengan kapasitas 60.000 ton per tahun (Ni-Sulfide).
Lebih lanjut dia mengatakan total investasi untuk pembangunan klaster ketiga ini sebesar US$ 3 miliar dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 5.000 orang.
"Klaster ketiga inilah yang terbentuk kita sebut klaster komponen baterai. Dalam mendukung energi bersih dan terbarukan," ungkapnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.