Ekspor Nikel Dilarang, Konsumsi Listrik Sulawesi Naik Tiga Kali Lipat
Kebijakan pemerintah melarang ekspor nikel berkadar rendah berdampak pada naiknya konsumsi listrik di wilayah Sulawesi. PLN menyebutkan kenaikannya mencapai hingga tiga kali lipat. Hal ini didorong oleh pabrik-pabrik pemurnian mineral atau smelter yang telah beroperasi.
Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua & Nusa Tenggara Syamsul Huda, mengatakan kebutuhan listrik bakal mengalami kenaikan seiring dengan adanya kebijakan larangan ekspor nikel. Pasalnya kebutuhan pasokan listrik untuk fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter bekerja secara optimal.
"Kebijakan yang diambil oleh pemerintah bahwa saat ini tidak boleh ekspor nikel sebelum diolah di sini. Artinya pengolahan di sini membutuhkan smelter dan jadi potensi pasar yang besar bagi Sulawesi," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (11/5). Baca Juga PLN Akan Pasok Listrik untuk 61 Smelter di Sulawesi Menurut dia beban listrik di Sulawesi rata-rata normalnya hanya sebesar 2.000 megawatt (MW).
Namun semenjak kebijakan larangan ekspor nikel terbit, beban puncaknya melonjak tiga kali lipat dari sebelumnya. "Sekarang ada potensi pasar smelter, jadi sekitar 6.100 MW," kata dia. Oleh sebab itu, PLN saat ini tengah berupaya untuk dapat menyiapkan infrastruktur yang ada. Terutama guna menangkap potensi pasar yang besar tersebut. Jika PLN tidak segera menyiapkan infrastruktur kelistrikan untuk proyek smelter.
Dia khawatir para pelaku usaha di sektor tersebut justru membangun pembangkitnya sendiri, yang nantinya akan berdampak pada infrastruktur yang sudah dibangun PLN melalui program 35 ribu MW. "Karena itu, kami lagi pendekatan bagaimana potensi pasar yang ada bisa gunakan listrik yang disiapkan negara dalam hal ini PLN," ujarnya. Syamsul sebelumnya mengatakan PLN akan memenuhi kebutuhan listrik untuk 61 smelter di Sulawesi. Kebutuhan energinya mencapai 6.106 megawatt (MW) atau 7.184 mega-Volt Ampere (MVA). Adapun dari jumlah tersebut, PLN telah mengalirkan listrik ke lima smelter. “Daya tersambungnya sekitar 88 MVA,” katanya, beberapa waktu.
Kelima pelanggan yang telah mendapatkan listrik itu adalah PT Citra Palu Mineral dan PT Sulawesi Resources di Sulawesi Tengah; PT Meares Soputan Mining dan PT J Resource Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara; PT Huadi Nickel Alloy Indonesia di Sulawesi Selatan. PLN akan mengalirkan listrik ke enam smelter lainnya dengan daya 738 mega volt ampere. Keenamnya adalah PT Arafura Surya Alam di Sulawesi Utara; PT Banyan Tumbuh Lestari di Gorontalo; PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, PT Ceria Nugraha Indotama, PT Bintang Smelter Indonesia, dan PT Macika Mineral Industri di Sulawesi Tenggara. PLN juga telah menyelesaikan proyek strategis nasional (PSN) di Sulawesi untuk infrastruktur ketenagalistrikan.
Proyek itu adalah saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kilo-Volt (kV) Incomer Kolaka Smelter dan Gardu Induk 150 kV Kolaka Smelter. Semua infrastruktur itu juga untuk menunjang fasilitas smelter di Sulawesi Tenggara. PLN saat ini membangun jaringan transmisi 150 kV sepanjang 167 kilometer sirkuit (kms) yang terbentang di Kendari - Andolo - Tinanggea dan GI Tinanggea Switching.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Ekspor Nikel Dilarang, Konsumsi Listrik Sulawesi Naik Tiga Kali Lipat" , https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/609a4d254ece9/ekspor-nikel-dilarang-konsumsi-listrik-sulawesi-naik-tiga-kali-lipat Penulis: Verda Nano Setiawan Editor: Happy Fajrian
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.