Fakta Seputar Impor Batu Bara RI Saat Melimpahnya Pasokan
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memproduksi lebih dari 500 juta ton batu bara setiap tahunnya. Dari jumlah produksi tersebut, sekitar 70%-nya diekspor. Meski berdasarkan data pasokan batu bara RI melimpah, nyatanya RI masih melakukan impor batu bara.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia mengimpor batu bara sebanyak 8,76 juta ton pada 2020, naik 18,5% dibandingkan impor pada 2019 yang tercatat sebesar 7,39 juta ton.
Lalu, untuk apa RI mengimpor batu bara?
Menjawab pertanyaan ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, impor batu bara ini dilakukan karena spesifikasi batu bara yang diperlukan industri tertentu tidak tersedia di Indonesia.
Dia mengatakan, impor batu bara ini biasa dilakukan oleh industri baja. Pilihan Redaksi
Tren Impor Batu Bara RI Saat Melimpahnya Pasokan Domestik Ternyata Ini Alasan RI Impor Batu Bara Saat Pasokan Melimpah Batu Bara Tak Terhentikan, HBA September Tembus US$150,03/Ton
"Biasanya impor metallurgic coal untuk pabrik baja. Kita belum banyak produksinya," paparnya kepada CNBC Indonesia, Senin (06/09/2021).
Menurutnya, impor batu bara ini untuk jenis coking coal atau metallurgic coal yang biasa digunakan untuk produksi baja dan pengolahan dan pemurnian (smelter) tambang.
Sementara batu bara yang diproduksi Indonesia kebanyakan adalah batu bara termal yang biasa digunakan untuk pembangkit listrik.
Dia menyebut, metallurgic coal ini biasanya banyak terdapat di Australia, sehingga kemungkinan besar Indonesia mengimpor dari Australia.
"Ini untuk bahan baku pabrik baja, karena spec batu baranya yang pas itu dari Australia," lanjutnya.
Lebih lanjut dia mengatakan produksi coking coal di Indonesia menurutnya masih sedikit, namun dia belum tahu persisnya berapa. Dia malah mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan impor coking coal bisa diperhitungkan sebagai pemenuhan DMO.
"Masih sedikit," ujarnya saat ditanya berapa produksi coking coal Indonesia per tahunnya.
Indonesia tercatat mengimpor batu bara sebanyak 8,76 juta ton pada 2020, naik 18,5% dibandingkan impor pada 2019 yang tercatat sebesar 7,39 juta ton.
Padahal dari sisi produksi batu bara nasional, pada 2020 produksi tercatat mencapai 563,73 juta ton, turun 8,5% dibandingkan produksi pada 2019 yang mencapai 616,16 juta ton.
Sementara ekspor batu bara pada 2020 dilaporkan mencapai 405,05 juta ton, turun 11% dari ekspor 2019 yang sebesar 405,05 juta ton.
Belum ada penjelasan rinci kenapa impor batu bara ini terus meningkat. Namun untuk batu bara yang diproduksi di Tanah Air merupakan jenis "steam coal" atau batu bara termal.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ketiga dunia, setelah China dan India. China memproduksi 3,9 miliar ton batu bara pada 2020, dan India mencapai 756,5 juta ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.