Garap Proyek Tambang Nikel - PP Presisi Cetak Kontrak Baru Rp 5,3 Triliun
Jakarta – Di penghujung tahun 2021, PT PP Presisi Tbk (PPRE) meraih kontrak baru sebesar Rp 504 miliar. Kontrak tersebut, berasal dari proyek pengembangan pertambangan nikel Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara. Adanya tambahan kontrak baru ini, PPRE mampu membukukan kontrak baru senilai Rp 5,3 triliun.
Direktur Peralatan & SCM PP Presisi, Muhammad Wira Zukhrial dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, perseroan kembali memperoleh tambahan kontrak pengembangan pertambangan nikel Weda Bay. Kontrak tersebut, merupakan kelanjutan dari kontrak yang telah diperoleh sebelumnya, sehingga secara keseluruhan total kontrak yang telah dikantongi PPRE dari Weda Bay mencapai Rp 1,2 triliun.”Tambahan kontrak ini dapat diraih berkat kapasitas dan kapabilitas PP Presisi dalam pengembangan pertambangan. Hal ini membuktikan, project delivery PP Presisi telah diakui memberikan value added pada proyek tersebut,” ujar Wira.
Wira menambahkan, perolehan kontrak baru pada November tersebut, sudah memenuhi target dari perolehan kontrak baru dari perseroan hingga bulan Desember sebesar Rp 5,3 triliun. Meski target telah terpenuhi, perseroan optimistis dapat menambah perolehan kontrak baru dalam kurun waktu sisa satu bulan ini.
Selain itu, pencapaian ini juga semakin meningkatkan positioning perseroan di dalam jasa mining services yang mampu memberikan jasa pertambangan secara terintegrasi dimulai dari infrastruktur pertambangan (mining development) hingga pertambangan (mining contractor), hauling services hingga barging.“Secara berkesinambungan kami akan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas agar kami semakin diakui dan diperhitungkan sebagai kontraktor integrated mining services,” ujar Wira.
Tahun depan, perseroan menganggarkan belanja modal sekitar Rp 500 miliar di 2022. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan bisnis perseroan di sektor tambang. Dimana perseroan akan menambah jumlah alat berat yang dibutuhkan seiring dengan penambahan kontrak baaru.
Rully Noviandar, Direktur Utama PP Presisi pernah bilang, peningkatan harga nikel yang terus bertambah menjadi kabar baik bagi aktivitas pertambangan. Peningkatan harga ini didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai yang ditandai oleh pembangunan smelter dan pabrik pembuatan baterai. "Kinerja lini bisnis jasa pertambangan yang cukup menggembirakan dalam waktu yang relatif singkat, termasuk mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia, mendorong kami semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income,”ujarnya.
Perseroan menargetkan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan dan menjadi yang terbesar di antara lini bisnis lainnya pada 2025. Untuk mencapai tujuan tersebut, anak usaha PT PP (Persero) Tbk. ini telah menyusun winning target 2022 melalui strategi optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT dan equipment technology, serta peningkatan tata kelola perusahaan. Dengan demikian, lanjut Ruly, jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.