Garap Smelter Nikel Bahodopi, INCO Gandeng 2 Korporasi China
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng dua korporasi asal China untuk membangun proyek smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Dua perusahaan yang menjadi mitra tersebut ialah Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Perseroan bersama Taigang dan Xinhai telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi.
Shandong Xinhai Technology berlokasi di Kawasan Zona Ekonomi Junan County, Linyi, Provinsi Shandong, China, sementara Taiyuan atau sebelumnya bernama Taiyuan Iron & Steel Corporation, juga dikenal sebagai Taigang Group, adalah pembuat baja yang berbasis di Taiyuan, Provinsi Shanxi.
Baca: Erick Thohir Angkat Doni Monardo Jadi Komisaris Utama Inalum
Dalam perjanjian tersebut disepakati, Vale Indonesia, Taigang dan Xinhai akan membentuk perusahaan patungan (JV Co) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.
JV Co akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Semua pihak juga menyetujui Vale Indonesia akan memiliki 49% saham JV Co dan mitra akan memiliki 51% saham dan menyetujui bahwa kebutuhan listrik akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga gas untuk mendukung komitmen Vale Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.
Tak hanya itu, ketiganya juga menyepakati bahwa dalam jangka waktu 6 bulan sejak ditandatanganinya perjanjian ini akan menyelesaikan semua persyaratan teknis dan finansial yang diperlukan untuk mengambil keputusan investasi final.
Selain itu, semua pihak juga akan menyelesaikan semua perjanjian definitif terkait hak dan kewajiban para pihak dalam perusahaan patungan.
Direktur Utama INCO, Febriany Eddy menyampaikan, pihaknya menghargai bahwa mitra JV ini telah mendukung agenda rendah karbon Vale dengan menyepakati perubahan rencana dari pembangkit listrik tenaga batubara menjadi gas.
Baca: Masih Pagi, Tiba-tiba Saham ANTM-INCO cs Tancap Gas
"Kami percaya perjanjian ini merupakan bukti keselarasan komitmen keberlanjutan kami, di mana hal ini sangat penting bagi PT Vale. Kami yakin bahwa ketiga pihak akan saling melengkapi," kata Febriany, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (24/6/2021).
"Perjanjian ini merupakan kesempatan yang signifikan bagi Vale dan bagi Indonesia," kata Mark Travers, Presiden Komisaris Vale Indonesia dan Wakil Presiden Eksekutif untuk Base Metals Vale.
Sekadar informasi, Vale Indonesia saat ini memang fokus membangun tiga smelter dengan nilai investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.400 per US$.
Tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Sebanyak 20% saham Vale Indonesia juga dipegang oleh Holding BUMN pertambangan, PT Inalum (Persero) alias MIND ID.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.