Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi sampai dengan kuartal III/2021 mencapai 4.584 unit. Jumlah itu telah melampaui capaian sepanjang tahun lalu sebesar 3.427 unit.
Kinerja produksi alat berat yang moncer tak lepas dari pengaruh lonjakan harga-harga komoditas. Ketua Umum Hinabi Jamaludin optimistis target penjualan 6.000 unit alat berat sampai akhir tahun dapat tercapai dengan mudah.
"Peningkatan produksi memang sangat signifikan. Sehingga target 2021 di 6.000 unit bukan isapan jempol," katanya kepada Bisnis, Jumat (29/10/2021).
Tahun depan, produksi alat berat diperkirakan tumbuh 30 persen atau mendekati tren 2018 yang melebihi angka 8.000 unit.
Jamaludin melanjutkan permintaan sepanjang tahun ini memang terhitung tinggi, bahkan dapat melampaui target 6.000 unit sampai akhir tahun. Namun demikian, pihaknya membatasi produksi karena terkendala ketersediaan pasokan komponen.
Sebanyak 40 persen hingga 50 persen pasokan komponen alat berat disuplai dari dalam negeri. Sementara, sisanya harus diimpor, salah satunya dari Jepang. Baca Juga : United Tractors: Penjualan Alat Berat Naik 84,21 Persen per September 2021
Produksi di dalam negeri terhambat jam kerja yang masih menerapkan work from home 50 persen. Sedangkan pasokan dari luar negeri masih terhalang kemacetan logistik akibat kelangkaan kontainer.
"Permintaan memang cukup banyak, tetapi terkendala dengan material availability dan juga tenaga kerja. Karena kami pun masih menerapkan WFH 50 persen," lanjutnya.
Berdasarkan catatan Hinabi, produksi sebesar 4.584 unit sampai dengan kuartal ketiga 2021 terdiri atas hydaulic excavator 4.232 unit, motor grader 57 unit, bulldozer 239 unit, dan dump truck 56 unit.
Sementara itu, data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menunjukkan bahwa hingga Agustus 2021, penjualan alat berat di seluruh sektor mencapai 8.821 unit, meningkat 99 persen dari penjualan pada Januari-Agustus 2020, sebanyak 4.440 unit.
Peningkatan penjualan terbesar pada Januari-Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206 persen menjadi 3.062 unit, dari 1.001 unit di periode yang sama 2020.
Hal ini didorong oleh situasi harga batu bara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi. Kemudian, untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84 persen menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64 persen menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7 persen menjadi 823 unit.
Peningkatan penjualan terbesar pada Januari-Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206% menjadi 3062 unit, dari 1.001 unit di periode yang sama tahun 2020.
Ini didorong oleh situasi harga batubara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi. Kemudian, di untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84 persen menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64 persen menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7 persen menjadi 823 unit.
Selanjutnya, peningkatan produksi alat berat juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan bahan baku, seperti plat baja maupun produk-produk komponen.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.