Impor Batu Bara RI Nanjak Terus, Bad News or Good News?
Jakarta, CNBC Indonesia - Tren impor batu bara RI terus mengalami kenaikan sejak 2011 sampai dengan 2020, sebagaimana dicatat dalam Hand Book of Energy & Economic Statistic of Indonesia 2020.
Impor batu bara ini dilakukan karena spesifikasi yang dibutuhkan tidak tersedia di Indonesia, atau kalau pun tersedia jumlahnya masih sedikit. Pada umumnya batu bara yang diimpor ini digunakan untuk industri baja.
Lantas, apakah peningkatan impor batu bara ini menjadi kabar baik atau kabar buruk bagi negeri ini?
Menjawab hal ini, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan bahwa peningkatan impor batu bara RI ini menjadi kabar baik bagi Indonesia. Dengan meningkatnya impor batu bara untuk industri besi baja dan smelter ini, maka menurutnya ini menandakan industri RI tumbuh.
"Ini good news yang artinya industri besi baja dan smelter di Indonesia bertumbuh," paparnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (07/09/2021).
Dia menjelaskan, tumbuhnya industri smelter RI ditandai dengan naiknya ekspor stainless steel Indonesia. Diharapkan, ekspor baja ini akan terus mengalami kenaikan seiring selesainya beberapa smelter lainnya yang masih dalam tahap konstruksi.
"Untuk cadangan coking coal atau high rank coal kita gak banyak. Umumnya berada di Kalimantan Tengah yang sangat terpengaruh dengan transportasi yang sulit terutama apabila menggunakan jalur sungai sehingga tergantung pasang surut air sungai," jelasnya. Baca: Fakta Seputar Impor Batu Bara RI Saat Melimpahnya Pasokan
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ketiga dunia, setelah China dan India. China memproduksi 3,9 miliar ton batu bara pada 2020, dan India mencapai 756,5 juta ton.
Adapun sumber daya batu bara Indonesia hingga Desember 2020 tercatat sebesar 143,73 miliar ton. Sementara cadangan batu bara sebesar 38,81 miliar ton.
Berikut tren impor batu bara Indonesia sejak 2011-2020:
2011: 42.449 ton 2012: 77.786 ton 2013: 609.875 ton 2014: 2.442.319 ton 2015: 3.031.677 ton 2016: 4.113.764 ton 2017: 4.723.755 ton 2018: 5.468.706 ton 2019: 7.391.172 ton 2020: 8.756.363 ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.