Indonesia Targetkan Bebas Emisi Karbon 2060, Freeport Siap?
Jakarta - Indonesia menargetkan dapat mewujudkan nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang. Target tersebut sejalan dengan upaya seluruh dunia untuk mencegah perubahan iklim (climate change) yang dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan bumi. Itu membutuhkan dukungan banyak pihak.
Bicara soal isu tersebut, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menjelaskan berbagai langkah yang telah dilakukan oleh salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu, yaitu dengan menerapkan Environmental, Social, and Governance (ESG).
"Kami memainkan peranan penting juga di dalam menjalankan perusahaan ini supaya operasi perusahaan itu dapat dilakukan secara bertanggung jawab, dengan terus memperhatikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan tata kelolanya. Jadi ESG-nya juga tetap harus dikedepankan ya berbarengan sosial, governance, dan tentu saja ini juga antara lain adalah untuk membuat upaya-upaya untuk mengurangi emisi karbon," katanya kepada detikcom kemarin Kamis (4/11/2021). Baca juga: RI Genjot Mobil Listrik, Bos Freeport: Kita Punya Banyak Tembaga
Apa saja langkah konkret yang dilakukan oleh PTFI? dia menjelaskan pada saat tambang open pit (terbuka) masih beroperasi, pihaknya masih menggunakan truk-truk besar yang mengkonsumsi bahan bakar fosil, dalam hal ini solar.
Namun, saat transisi ke tambang bawah tanah, PTFI mulai mengadaptasi penggunaan kendaraan pengangkut hasil tambang yang menggunakan energi listrik.
"Di tambang bawah tanah ini kami melakukan inovasi-inovasi, yaitu untuk fokus kepada efisiensi energi dan juga otomatisasi aset-aset kita, antara lain contohnya adalah kami di tambang bawah tanah Grasberg Block Caving itu sistem pengangkutan bijihnya itu menggunakan kereta listrik, kereta listrik ini bisa mengangkut 300 ton, jadi sama seperti satu truk besar yang kapasitas 300 ton. Tentu saja dengan penggunaan kereta listrik ini mengurangi emisi karbon yang sangat signifikan juga," jelas Tony
Di samping, PTFI juga membangun pembangkit listrik berbahan bakar ganda (dual fuel power plant), yaitu pembangkit listrik tenaga minyak dan gas (PLTMG). Dipilihnya pembangkit tersebut karena mempertimbangkan aspek topografi di wilayah tambang.
"Dia bisa dua, bisa pakai minyak, bisa pakai gas, dan kalau pakai minyak itu pakai B30/biofuel yang jauh lebih rendah emisinya dan gas yang lebih rendah emisinya," sambungnya.
Pihaknya juga melihat beberapa kemungkinan melakukan elektrifikasi peralatan-peralatan lainnya, antara lain alat berat di tambang bawah tanah sehingga akan lebih rendah emisinya, dan tentunya akan sangat membantu untuk pengurangan emisi karbon.
"Komitmen kami adalah mengurangi 30% intensitas emisi gas rumah kaca ini pada tahun 2030," tambahnya.
Baca artikel detikfinance, "Indonesia Targetkan Bebas Emisi Karbon 2060, Freeport Siap?" selengkapnya https://finance.detik.com/energi/d-5798145/indonesia-targetkan-bebas-emisi-karbon-2060-freeport-siap.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.