KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menyebut upaya pemerintah memaksimalkan komoditas nikel di dalam negeri belum bisa optimal. Sebab hingga saat ini, industri hilir nikel belum siap untuk memaksimalkan potensi yang ada, padahal pemerintah telah menutup keran ekspor bijih nikel.
"Kita mau semua di dalam negeri, tapi yang hilir ini tidak siap. Kita sudah terlanjur semua di dalam, tidak bisa dipakai juga, tidak dimanfaatkan secara baik," ujar Orias dalam diskusi Kebijakan Direktorat Jenderal Minerba, Kementerian ESDM, Kamis (11/2).
Orias melanjutkan, diperlukan penguatan kebijakan demi menjangkau semua pihak termasuk tingkatan antara kementerian.
"Ini sampai sebesar apa power kita? Apakah perlu masuk ke level menko untuk mengatur supaya secara terintegrasi kebijakan pemanfaatan minerba ini bisa dengan baik karena sifatnya sekali pakai dan habis," jelas Orias.
Baca Juga: Kesepakatan Freeport-Tsingshan soal smelter di Weda Bay ditargetkan selesai Maret
Sekedar informasi, pemerintah melalui Kementerian ESDM tengah berupaya mendorong pembangunan smelter untuk komoditas mineral.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tambahan empat proyek smelter baru yang akan selesai dan beroperasi di tahun ini. Dengan tambahan itu, direncanakan ada total 23 smelter yang beroperasi pada 2021.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin pernah mengungkapkan, sudah ada 19 smelter yang beroperasi hingga tahun lalu. Pihaknya akan mengejar target penambahan smelter hingga bisa mencapai 53 smelter pada tahun 2024.
"Pembangunan smelter kita targetkan hingga 2024 terbangun sebanyak 53. Hingga 2020 ada 19, pada 2021 akan bertambah menjadi 23, terus meningkat 28 smelter pada 2022 dan mencapai puncaknya 2023-2024," terang Ridwan pada Januari lalu.
Sebanyak 53 smelter tersebut berasal dari tujuh komoditas mineral. Yakni nikel, bauksit, besi, tembaga, mangan, serta timbal dan seng. Total investasi dari 53 smelter tersebut berjumlah US$ 21,59 miliar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.