Investasi Rp14 Triliun PT BTIIG di Morowali Terhambat Pembebasan Lahan, Perusahaan Bisa Pindah ke Kalimantan
METROSULTENG.com-Perusahaan yang berasal dari negara tirai bambu PT. Baoshou Taman Industri Investmen Group (PT BTIIG) akan berinvestasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, senilai Rp 14 triliun untuk menbangun kawasan industri feronikel, serostil dan proyek energi baru, yang lokasinya berada di Kecamatan Bungku Barat.
Ditahap pertama pembangunan smelter pemurnian biji nikel itu, PT BTIIG akan gelontarkan dana sebesar Rp 1 milyar USD dengan target minimal pembebasan lahan 200 hektar untuk memulai pembangunan.
Dari data yang dihimpun metrosulteng, dari pimpinan perusahaan PT BTIIG Mr Gao menyebutkan, Izin lahan yang akan dibebaskan dari pemerintah ditahap pertama sebanyak 1.200 hektar, dan tahap ke dua 1.900 hektar.
Namun, selama kurang lebih 2,5 tahun ini melakukan pengukuran, investigasi dan mediasi bersama masyarakat Bungku Barat, khususnya ditiga desa, yakni Deaa Topogaro, Ambunu dan Tondo, satu hektar pun belum ada yang dibebaskan.
“Kami butuh dukungan masyarakat, perusahaan pada prinsipnya menghormati kemauan warga, kita mencoba melakukan diskusi apa permintaannya, kita bersatu dengan warga,” pungkas Mr Gao, melalui jubirnya, saat wawancarai Metrosulteng dikantor Perusda Morowali di Desa Topogaro, Minggu (5/12/2021).
Kembali Mr.Gao menuturkan, Ia sangat menyukai masyarakat morowali yang terbuka san ramah, sehingga sangat mengharapkan dukungan dari masyarakat untuk mensukseskan investasi kawasan industri yang lokasinya di tiga desa tersebut.
“Di tiga desa ini tidak ada pertambangan, perusahaan hanya akan membangun kawasan industri,” terang Mr Gao.
Selain itu, ia juga menjelaskan soal harga dan prosedur pembebasan lahan milik warga, yang masuk kawasan industri.
“Untuk NJOP (nilai jual obyek pajak-red) Morowali kita sudah melebihi 3 kali lipat, bahkan lebih, contohnya sawit NJOP-nya 70 juta perhektar, kami bebaskan dengan harga 250 juta perhektarnya. Harga kita ini adil terbuka, berlaku sama untuk semua, tidak ada yang dibeda-bedakan dan tidak melalui pihak ketiga, tetapi lansung, adil dan terbuka,” jelas Mr Gao.
Dalam waktu dekat ini juga pihak perusahaan PT BTIIG Mr Gao berupaya akan membantu masyarakat, khususnya rumah ibadah dan sarana pendidikan sekolah.
“Intinya perusahaan akan fokus ke sosial, menbantu masyarakat, pendidikan dan tempat ibadah,” ujarnya.
Mr Gao menyampaikan, kenapa PT BTIIG berinvestasi di Kecamatan Bungku Barat ini karena saran dari bupati.
“Ini saran dari dua bupati Morowali, Anwar Hafid dan Taslim, pada tahun 2018, katanya kecamatan Bungku Barat ini ingin dijadikan kawasan industri, RT/RW nya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” terang Mr Gao.
Namun jika investasi di Morowali ini terganjal, maka alternatif ke dua, PT BTIIG akan memindahkan pembangunan pabrik di Kalimantan. Sebab, pemerintah disana, sambung Mr Gao sudah menyiapkan lahan.
“Di Kalimantan, pemerintah disana sudah siapkan 10 ribu hektar lahan, tanggal 15 bulan ini sudah siap pembangunan di Kalimantan,” tutupnya.(Wan)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.