Investor Tunggu Sinyal The Fed, Harga Tembaga Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terkoreksi pada perdagangan jelang siang hari ini terseret penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Pada Senin (24/1/2021) pukul 10:30 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.868/ton, turun 0,73% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Indeks dolar AS saat ini berada di 95,72, naik dari posisi terendah dalam dua bulan yaitu di 94,79. Tembaga yang diperdagangkan dengan dolar akan tertekan karena jadi lebih mahal dibanding mata uang lain. Permintaan akan turun, begitu juga dengan harga.
Kenaikan dolar didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat dibandingkan perkiraan bulan lalu. Ekonomi AS yang terlampau panas mendesak The Fed untuk segera mengambil kebijakan untuk menahan laju inflasi. Tingkat inflasi yang mencapai 7%, pasar berekspektasi era suku bunga rendah akan segera ditinggalkan.
Baca: Bos IMF Khawatir dengan The Fed: Bak Siram Air Dingin!
Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 88,7%.
Selain itu, the Fed diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan 4-5 kali di tahun 2022. Setelah itu bank sentral AS juga diprediksi akan menempuh kebijakan moneter kontraktif dengan mereduksi ukuran neracanya (balance sheet).
Kenaikan suku bunga lebih cepat dapat memangkas likuiditas di pasar keuangan dan memperlambat pemulihan di ekonomi. Ketika pemulihan ekonomi melambat, permintaan tembaga akan ikut menyusut. Ini karena tembaga digunakan oleh berbagai sektor strategis dalam pertumbuhan ekonomi negara.
Sektor peralatan sehari-hari, konstruksi, infrastruktur, transportasi, dan industrial adalah konsumen tembaga. Sehingga, saat ekonomi melambat ada potensi sektor tersebut akan lesu dan berdampak negatif terhadap gerak tembaga.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.