Jokowi Ungkap Ancaman Saat Ambil Saham Freeport: Papua Lepas!
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan adanya ancaman dan informasi yang menakutkan yang diterima dirinya ketika memerintahkan untuk mengambil 51% saham (divestasi) PT Freeport Indonesia beberapa tahun lalu.
Dalam pidatonya di Acara Puncak HUT ke-7 Partai Solidaritas Indonesia, Rabu (22/12/2021), dirinya tak segan membeberkan sejumlah ancaman yang diterimanya saat memerintahkan mengambil saham Freeport tersebut.
Dia bercerita, mayoritas informasi yang diterimanya menakutkan, seperti akan mengguncang Papua, Papua akan lepas, dan Amerika Serikat murka.
"Dulu kita mau ambil Freeport. Mayoritas informasi yang saya terima menakutkan. Ini akan guncang Papua, Papua akan lepas, Amerika akan marah," ungkapnya saat memberikan sambutan dalam Acara Puncak HUT ke-7 Partai Solidaritas Indonesia, Rabu (22/12/2021).
Dia mengatakan, selama tiga tahun proses pengambilan saham Freeport ini selalu maju mundur, hingga akhirnya dirinya memerintahkan Menteri untuk "maju".
"Sampai tiga tahun kita kerja ini dan Menteri maju mundur, maju mundur, 'Maju!' saya gitukan," ucapnya.
Dia mengaku, ancaman ini mengerikan. Apalagi, saat dirinya menjabat sebagai Presiden pada 2014 lalu, artinya sudah 41 tahun lebih Freeport beroperasi di Indonesia, namun saham Indonesia masih sangat minim di bawah 10%.
Padahal, lanjutnya, pembelian saham Freeport ini pun bukan dengan menggunakan dana APBN atau pun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), karena dalam tiga tahun uang untuk membeli saham Freeport tersebut menurutnya sudah kembali modal.
"Ya memang ngeri karena ini sudah 41 tahun Freeport ini, ternyata nggak ada apa-apanya, padahal kita beli juga nggak pakai uang kita, kita beli pakai uangnya dia. Beli Freeport itu bukan dari uang APBN, uang BUMN juga tidak. Paling kalau mau dalam tiga tahun sudah balik sekarang, US$ 5 miliar lebih dikit," tuturnya.
Dia menuturkan, dengan akhirnya menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia, akhirnya Indonesia memiliki kontrol penuh, termasuk untuk memerintahkan pembangunan smelter baru.
"Kita sudah mayoritas, yang menentukan kita. Dulu bikin smelter berpuluh-puluh tahun geleng-geleng terus, sekarang kita sudah 51%, saya perintahkan bangun smelter di Gresik, sudah langsung dimulai," pungkasnya.
Seperti diketahui, Indonesia akhirnya resmi menguasai 51,2% saham PT Freeport Indonesia pada 21 Desember 2018 lalu. Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya dokumen dan pelunasan transaksi senilai US$ 3,85 miliar atau sekitar Rp 55,8 triliun. Indonesia mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia ini melalui Holding BUMN Pertambangan MIND ID atau PT Inalum (Persero).
Sebelumnya, RI hanya memiliki 9,36% saham di PT Freeport Indonesia ini.
Adapun smelter tembaga baru Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE, Gresik, Jawa Timur, akhirnya telah memiliki progres dengan dilakukannya groundbreaking smelter yang juga disaksikan Jokowi pada 12 Oktober 2021 lalu.
Atas pembangunan smelter ini, Jokowi mengungkapkan rasa bangganya, karena smelter ini disebut-sebut menjadi yang terbesar di dunia.
"Kita mendapatkan laporan bahwa smelter yang akan dibangun ini dengan desain single line, terbesar di dunia," ungkap Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara groundbreaking tersebut.
Smelter baru ini dapat mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 600 ribu ton katoda tembaga per tahun. Smelter ini ditargetkan beroperasi pada 2023-2024 mendatang.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.