Kenapa Banyak Pekerja Asing di Proyek Tambang-Smelter, Pak Luhut?
Jakarta - Proyek tambang hingga smelter nikel sering disebut menjadi sarang tenaga kerja asing (TKA). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun meluruskan anggapan tersebut.
Memangnya apa sih alasan TKA dipergunakan di proyek tambang-smelter? Luhut ungkap 3 alasan pemanfaatan TKA yang ada di proyek-proyek tersebut.
1. Tenaga Lokal Kurang Terampil Luhut menyebut penggunaan TKA selama ini sesuai kebutuhan, dia bilang memang banyak sektor yang belum bisa dikuasai keterampilannya oleh tenaga kerja nasional khususnya masyarakat lokal. Karena tidak ada tenaga kerja yang terampil, maka perusahaan mengambil TKA.
Hal ini pun terjadi karena kurangnya perhatian pada pendidikan vokasi di Indonesia, sehingga banyak tenaga kerja lokal yang tidak dapat tertampung karena kurang terampil.
"Memang banyak kritik, kenapa nggak pakai tenaga Indonesia? Kenapa nggak orang Indonesia aja semua? Ya memang tidak ada. Karena kita berpuluh tahun nggak pernah perhatikan pembangunan politeknik yang ada di daerah," ungkap Luhut dalam webinar bersama ITS Indonesia, Rabu (17/11/2021). VDO.AI
Luhut mengaku baru saja bertemu dengan salah satu ekonom yang sering bicara soal pemanfaatan TKA, tapi dia tidak menyebutkan siapa orang itu. Yang jelas Luhut bercerita telah berbincang panjang lebar dengan orang tersebut soal pemanfaatan TKA.
Dia bilang pemanfaatan tenaga kerja lokal memang tak semudah dan sesederhana yang disebutkan banyak orang selama ini.
"Kemarin ada satu ekonom berbincang sama saya, disampaikan sama tim dipaparkan ke dia nggak sesederhana yang disampaikan di luar-luar itu," ungkap Luhut. Baca juga: KPPU Pelototi Industri NIkel, Ada Apa Nih?
2. Tenaga Lokal Tak Cocok Keahliannya Tenaga lokal menurut Luhut banyak yang kurang cocok meskipun memiliki disiplin ilmu tinggi dengan pekerjaan yang ada di tambang atau smelter.
Sebagai contoh di Weda Bay, untuk bisa bekerja di control room yang ada di smelter tak ada tenaga kerja lokal yang memiliki keterampilan. Sejauh ini kebanyakan tenaga kerja lokal berlatar belakang pendidikan sejarah, hukum, bahkan perawat.
Butuh pelatihan lebih lanjut bila mau bekerja di smelter. Maka dari itu TKA digunakan untuk sementara waktu. Prinsipnya menurut Luhut ada pertukaran teknologi dengan adanya tenaga kerja asing.
"Coba di control room seperti Weda Bay, itu kan harus pekerjanya di-train. Karena kebanyakan ini dasar pendidikannya sejarah, hukum, perawat," ungkap Luhut.
3. Tunggu Hasil Pendidikan di China Bicara soal keterampilan dan teknologi, Luhut bilang, sudah ada program pertukaran teknologi dengan China. Misalnya saja di Morowali, talenta lokal dikirim ke China untuk dilatih.
Harapannya, saat kembali ke Indonesia sudah memiliki keterampilan yang mumpuni. Bukan tidak mungkin bisa juga bekerja di proyek tambang atau smelter.
"Teknologi ini anak muda kita kirim Tiongkok selama dua tahun, kita bicara metodologi, recycling, itu ada di Morowali. Tim saya akan ke sana besok melihat mereka apa yang didapat untuk jadi sebuah technology transfer," kata Luhut.
Baca artikel detikfinance, "Kenapa Banyak Pekerja Asing di Proyek Tambang-Smelter, Pak Luhut?" selengkapnya https://finance.detik.com/energi/d-5815856/kenapa-banyak-pekerja-asing-di-proyek-tambang-smelter-pak-luhut.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.