Keputusan Akhir Investasi 2 Smelter Baru Vale Mundur ke 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/ FID) untuk kedua proyek smelter barunya akan dilakukan pada tahun depan atau 2022.
Dua smelter tersebut yakni smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Direktur Keuangan Vale Bernardus Irmanto kepada CNBC Indonesia mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyelesaikan semua persyaratan.
"Kita masih menyelesaikan semua persyaratan untuk mengejar FID di awal tahun depan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/05/2021).
Menurutnya, semua lini mulai dari teknis, perizinan, komersial, dan pendanaan (financing) saat ini tengah berjalan. Dia berharap agar semua proses bisa berjalan lancar dan tidak ada kendala.
"Saya tidak bisa menjelaskan satu-satu detailnya untuk masing-masing project. Yang jelas semua lini teknis, perizinan, komersial dan financing semua jalan," paparnya.
Seperti diketahui, sektor pertambangan saat ini sedang menghadapi super siklus, di mana harga sejumlah komoditas tambang tengah membubung tinggi dan diperkirakan bertahan lama, termasuk nikel. Lalu, apakah dengan kenaikan harga ini bisa mendorong percepatan pembangunan smelter?
Menjawab hal ini, Bernardus mengatakan jika harga nikel saat ini tidak akan berdampak pada jadwal proyek. Dia menegaskan bahwa sejumlah pertimbangan terkait proyek ini diputuskan melalui proyeksi harga jangka panjang, bukan hanya harga jangka pendek saat ini.
"Dan harga yang relatif saat ini tidak bisa mempercepat proses perizinan, sebagai contoh," tegasnya. Baca: Diguyur Sentimen Investasi LG, Saham ANTM-INCO dkk Ngacir!
Pada tahun lalu dia sempat menuturkan bahwa perusahaan menargetkan bisa memulai pembangunan fisik atau konstruksi dari smelter HPAL di Pomalaa pada 2021 ini. Bersama dengan mitra Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM), pihaknya memang masih terus mendiskusikan agar bagaimana FID ini bisa terlaksana.
"Kami sedang menyelesaikan semua hal itu. Kami harap semua persyaratan selesai pada semester I tahun dapan. Vale dan Sumitomo bisa selesaikan syarat. Dan selanjutnya, konstruksi bisa dimulai," tuturnya saat konferensi pers pada Agustus 2020 lalu.
Dia mengatakan, pihaknya telah memperoleh izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan untuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sedang dalam proses.
Sedangkan untuk smelter feronikel di Bahodopi, Vale akan bermitra dengan perusahaan asal China.
CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy yang sempat menjabat sebagai Deputy CEO Vale pernah mengungkapkan bahwa Vale tengah fokus menggarap tiga proyek smelter nikel dengan total investasi mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).
Tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Smelter Bahodopi direncanakan akan bermitra dengan perusahaan China dan menghasilkan produk feronikel yang akan masuk ke pasar stainless steel. Ditargetkan bisa memproduksi sekitar 70 ribuan ton feronikel per tahun. Baca: Luhut di Korsel? Kabar Gembira Lagi nih buat ANTM-INCO cs
Sementara proyek Pomalaa merupakan smelter HPAL yang akan bermitra dengan perusahaan Jepang yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM) dan menghasilkan produk untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Produksi dari smelter di Pomalaa ini ditargetkan sekitar 40 ribuan ton per tahun.
Sedangkan smelter ekspansi di Sorowako untuk menambah kapasitas produksi nickel matte sebesar 10.000 ton per tahun dari saat ini sekitar 73.000 ton per tahun.
"Jadi, secara umum ada tiga proyek, di mana dua berbentuk green field dan satu brown field. Total investasinya mencapai US$ 5 miliar," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu (14/10/2020).
Untuk dua proyek smelter Pomalaa dan Bahodopi, menurutnya Vale bakal menjadi pemegang saham minoritas dan besarannya masih dinegosiasikan dengan mitra.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.