Komoditas Mineral Menjadi Superhero untuk Perekonomian Indonesia
Sepanjang tahun 2020, coronavirus telah menyerang dunia dan meluluhlantakkan perekonomian global. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dari negara masing-masing untuk menemukan solusinya. Di Indonesia sendiri, tingkat produksi dan penjualan seluruh komoditas terkena dampaknya, salah satunya komoditas mineral.
Faktor pasar dan pergerakan harga komoditas global menjadi pengaruh produksi dan penjualan mineral di Indonesia. Sugeng Mujiyanto selaku Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM menjelaskan untuk sisi produksi, realisasinya berada di bawah target. Sementara pada sisi penjualan, beberapa komoditas mampu melebihi target.
Di antara produksi tembaga, emas, perak, dan timah, yang mampu melampaui target adalah nikel sebesar 2.316.500 juta ton atau 120 persen dari target yang terdiri dari Ferronickel 1.462.300 ton dan Nickel Pig Iron sebanyak 860.500 ton. Sementara produksi nickel matte sebesar 91.700 ton atau 127 persen dari target.
Dikutip dari Kontan.co.id (14/2), Sugeng menjelaskan bahwa Covid-19 memiliki dampak terhadap produksi mineral tahun 2020. Meskipun sebagian besar produksinya di bawah target, namun olah nikel mampu menunjukkan kenaikan. Sementara untuk sisi penjualannya, Sugeng menambahkan selain timah dan nikel matte, sisanya mengalami peningkatan.
Adanya pandemi coronavirus ini justru menjadi berkah untuk komoditas mineral. Komoditas mineral di Indonesia memiliki peluang yang lebih bagus jika dibandingkan dengan komoditas lainnya dalam memperbaiki ekonomi negeri yang tidak stabil ini.
Hal tersebut dikarenakan komoditas mineral berpengaruh besar di industri kendaraan listrik. Di mana kita tahu bahwa salah satu komponen dari baterai lithium adalah nikel. Artinya, dunia membutuhkan nikel dan mineral penunjang lainnya.
Indonesia punya sumber dayanya, ditambah pemerintah sudah menetapkan larangan ekspor nikel mentah, yang berarti seluruh penjualan diharapkan dapat diserap pasar domestik. Dan, dari sinilah upaya pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi coronavirus dimulai. Bank Dunia, IMF, dan beberapa institusi lain telah memprediksikan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2021 naik hingga 5,5 persen. Arif S. Tiammar selaku praktisi tambang dan smelter menjelaskan prediksi tersebut akan memberikan prospek positif bagi permintaan komoditas mineral dan logam negeri.
Sugeng Mujiyanto selaku Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM berharap di tahun 2021 ini target produksi dan penjualan komoditas mineral dapat tercapai. "Kita juga berharap dan mendorong realisasi hilirisasi dan pembangunan smelter yang sesuai target, sehingga permintaan di dalam negeri pun semakin baik," ujar Sugeng dikutip dari Kontan.co.id, (14/2).
Dibandingkan kata "mengeruk", rasanya pemilihan kata "memanfaatkan" sumber daya alam lebih tepat. Memanfaatkan berarti tidak hanya menguntungkan satu pihak, masyarakat bisa merasakan dampak baik dari kegiatan "memanfaatkan" sumber daya alam tersebut. Jadi, kehadiran pihak asing yang berinvestasi sekaligus bekerja sama dengan pengusaha industri pertambangan ini menurutmu tujuannya untuk mengeruk atau memanfaatkan SDA?
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.