Krisis Pasokan Listrik China Pukul Industri Manufaktur
Bisnis.com, JAKARTA - Krisis pasokan listrik di China telah memukul industri yang dikhawatirkan juga akan mengakibatkan kekurangan produksi hingga mengganggu rantai pasok.
Hal ini terjadi tepat ketika krisis Evergrande yang ditakutkan membayangi sistem keuangan dan ekonomi China. Tindakan keras Beijing dalam aturan konsumsi listrik didorong oleh meningkatnya permintaan listrik, melonjaknya harga batu bara dan gas, serta target pemangkasan emisi yang ditetapkan Beijing. Baca Juga : Elon Musk 'Keukeuh' Perluas Investasi di China Sejumlah industri yang terdampak langsung di antaranya adalah smelter aluminum hingga produsen tekstil dan pabrik pengolah kedelai.
Pemerintah China mencatat hampir setengah wilayah negara tersebut gagal mencapai target konsumsi energi yang ditetapkan oleh Beijing. Pembatasan penggunaan listrik juga telah berpengaruh ke sejumlah daerah seperti Jiangsu, Zhejiang dan Guangdong yang dikenal sebagai trio pembangkit tenaga listrik industri yang menyumbang hampir sepertiga dari ekonomi China.
“Dengan perhatian pasar yang sekarang terfokus pada Evergrande dan pembatasan Beijing pada sektor properti, kejutan dari sisi suplai [listrik] mungkin telah diremehkan atau bahkan terlewatkan,” ungkap analis Nomura Holding Inc. termasuk Ting Lu memperingatkan dalam sebuah catatan. Dia memprediksi ekonomi China akan menyusut kuartal IV/2021.
Perekonomian China yang rebound setelah lockdown pandemi telah meningkatkan permintaan listrik dari rumah tangga dan kalangan bisnis. Hal ini seiring dengan investasi yang menurun dari sektor tambang dan pengebor yang membatasi produksi. Namun sebenarnya, krisis energi di China juga diakibatkan oleh ambisi Presiden Xi Jinping untuk membuat langit bersih pada Olimipade Musim Dingin Beijing pada Februari tahun depan.
Dia berusaha untuk menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan ekonomi rendah karbon di depan komunitas internasional. Indeks berjangka batu bara termal di China telah melonjak dalam sebulan terakhir seiring dengan kekhawatiran atas faktor keamanan tambang dan polusi yang diikuti oleh pembatasan produksi domestik. China juga masih menutup impor dari Australia.
Sementara itu, harga gas alam dari Eropa ke Asia telah melonjak ke level tertinggi secara musiman karena negara-negara berebut akibat pasokan yang cepat menipis. Kepala Konsultan Shanxi Jinzheng Energy Zeng Hao mengatakan pada musim dingin yang lalu, banyak industri yang beralih menggunakan generator diesel akibat kekurangan listrik. Tahun ini, yang berbahaya adalah kebijakan pemerintah semakin membatasi potensi industri energi untuk meningkatkan produksi guna memenuhi peningkatan permintaan.
Produsen logam untuk berbagai materi seperti kaleng soda hingga kendaraan, Yunnan Aluminium Co., telah membatasi produksi karena tekanan dari Beijing. Guncangan juga dirasakan di sektor makanan raksasa China.
Penghancur kedelai yang mengolah tanaman menjadi minyak nabati dan pakan ternak, diperintahkan untuk tutup pekan ini di kota Tianjin. Berdasarkan laporan Nikkei, pemasok untuk Apple Inc. dan Tesla Inc. telah menghentikan produksi di beberapa pabriknya pada Minggu.
Namun, fasilitas produsen elektronik Foxconn di Longhua, Guanlan, Taiyuan dan Zhengzhou, kompleks pabrik iPhone terbesar di dunia, tetap tidak terpengaruh oleh pembatasan pasokan listrik. Adapun, perusahaan kecil juga mulai menginformasikan kepada bursa efek bahwa mereka telah diperintahkan untuk membatasi bahkan menghentikan produksi.
Kendati tidak berdampak kepada investor, kebijakan pembatasan listrik bakal berdampak pada kekurangan hasil produksi tekstil hingga komponen elektronik yang dapat mengganggu rantai pasok dan merugikan perusahaan multinasional. Provinsi Jiangsu yang berdekatan dengan Shanghai dan memiliki nilai ekonomi sebesar Kanada telah menutup pabrik bajanya dan lampu di jalanan juga telah mati di beberapa kota.
Di dekat Zhejiang, sekitar 160 perusahaan yang padat energi seperti tekstil juga telah ditutup. Sementara itu, 14 kota di Liaoning di bagian ujung utara, telah memerintahkan pemangkasan listrik yang disebabkan melonjaknya harga batu bara. "Pembatasan listrik akan mengguncang dan berdampak pada pasar global. Pasar global akan segera merasakan kekurangan pasokan dari tekstil, mainan hingga suku cadang mesin," ujar Lu dari Nomura. Kelangkaan listrik bahkan telah dirasakan hingga sektor perumahan di mana Provinsi Guandong mendesak warganya menggunakan lampu alami dan mengurangi pemakaian pendingin ruangan. Hal ini dilakukan setelah pemerintah memangkas listrik di pabrik-pabrik.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Krisis Pasokan Listrik China Pukul Industri Manufaktur", Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210927/620/1447442/krisis-pasokan-listrik-china-pukul-industri-manufaktur. Author: Nindya Aldila Editor : Hadijah Alaydrus
Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini: Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.