Luhut: RI Beri Kemudahan untuk Investasi Kendaraan Listrik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, Pemerintah Indonesia memberikan berbagai kemudahan untuk mendukung investasi baterai dan kendaraan listrik di Tanah Air.
Menurut dia, berbagai kemudahan untuk mendukung investasi lebih besar masuk dalam industri tersebut di antaranya penyusunan peta jalan pengembangan kendaraan listrik, penghitungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang memberikan kesempatan bagi investor mengembangkan rantai suplai dalam negeri serta pemberian insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) nol persen untuk kendaraan listrik berbasis baterai.
"Indonesia sangat kooperatif dalam konteks ini. Mungkin tidak ada negara di dunia yang begitu agresif seperti Indonesia karena itu kami paham akan bisa menjadi pemain global," kata Luhut dalam Peluncuran Ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Indonesia yang dipantau secara daring dari saluran Youtube Kemenko Kemaritiman dan Investasi di Jakarta, Senin (25/10).
Guna mendorong pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia, Luhut mengatakan, semua pihak perlu fokus pada pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang kuat.
Ekosistem tersebut terdiri atas kendaraan listrik dan komponen pendukungnya, industri baterai listrik, industri recycling (daur ulang) baterai listrik, jaringan charging station (stasiun pengisian) dan swap battery (penukaran baterai). Luhut menjelaskan, setelah mendorong investasi masuk, langkah berikutnya yang akan didorong oleh pemerintah adalah pembangunan jaringan charging station dan battery swap.
"Tanpa jaringan charging station dan battery swap yang memadai akan sulit bagi kendaraan listrik berkembang di Indonesia. BUMN, seperti PLN dan Pertamina dan juga sektor swasta diharapkan juga dapat turut andil dalam pengembangan ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Luhut mengatakan salah satu rantai suplai yang penting juga dibangun di Indonesia yakni fasilitas daur ulang (recycling) baterai litium yang diharapkan dapat di-groundbreaking pada November mendatang di Morowali, Sulteng.
Menurut Luhut, industri daur ulang baterai sangat penting karena mampu mengekstraksi 99 persen logam yang ada dalam baterai bekas. Dengan demikian, Indonesia bisa membangun ekosistem yang mana tidak ada limbah yang terbuang."Ini juga saya kira penting, ini menjadi sumber nikel, aluminium, kobalt, dan tembaga. Untuk litium baterai tidak lagi mengandalkan dari alam dan langkah ini memastikan sustainabilitas posisi penting Indonesia dalam mata rantai suplai litium baterai di masa depan," katanya.
Hal yang tidak kalah penting, lanjut Luhut, juga terkait riset dan pengembangan (R&D) yang perlu terus dibangun dalam pengembangan kendaraan listrik di masa depan. Luhut mengatakan berbagai langkah pemerintah untuk mengembangkan industri baterai dan kendaraan listrik merupakan bentuk nyata dan komitmen keseriusan Indonesia dalam upaya mewujudkan ambisi pengurangan emisi gas rumah kaca.
Pada 2030, Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen di bawah skenario business as usual dan 41 persen dengan bantuan internasional.
Pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik, lanjut dia, juga jadi program pemerintah Indonesia agar bisa lebih ramah lingkungan."Ke depan, masalah climate change ini menjadi topik yang sangat serius oleh Pemerintah Indonesia dan ini juga didorong terus oleh Presiden Joko Widodo," papar Luhut.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.