Masuk Nikel, Kenapa Laba Harum kok Anjlok 53% di Semester I?
Jakarta, BeritaMu.co.id – Emiten pertambangan batu bara milik taipan Kiki Barki yang melakukan penambangan di Kalimantan Timur, PT Harum Energy Tbk (HRUM), melaporkan pendapatan sebesar US$ 115,72 juta atau setara dengan Rp 1,66 triliun (kurs Rp 14.500/US$) sepanjang paruh pertama tahun 2021.
Pendapatan ini tercatat naik 12,85% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 102,55 juta (Rp 1,49 triliun).
Meskipun pendapatan perusahaan naik, laba bersih HRUM malah tercatat menyusut setengahnya atau turun 52,77% dari semula mencapai US$ 21,93 juta (Rp 317,98 miliar) pada semester I-2020, kini terkoreksi menjadi US$ 10,35 juta (Rp 150,07 miliar).
Berdasarkan data laporan keuangan publikasi, pendapatan dari penjualan ekspor batu bara naik menjadi US$ 108,96 juta dari semula US$ 96,09 juta.
Sedangkan pendapatan sewa dari alat berat dan jalan pengangkutan masing-masing mengalami penurunan tipis.
Dua klien terbesar HRUM adalah China Huaneng Group Fuel Co., Ltd yang merupakan anak usaha dari BUMN pembangkit listrik China, dengan total transaksi mencapai US$ 61,53 juta.
Sedangkan satunya lagi adalah perusahaan perdagangan asal Singapura, Sunny Ekspress International Development, dengan total nilai transaksi US$ 19,05 juta.
Meski beban umum pendapatan mengalami penurunan, beban lain-lain mengalami peningkatan dari semula US$ 4,85 juta meningkat menjadi US$ 11,02 juta, yang di dalamnya termasuk perubahan nilai wajar aset keuangan yang diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Australia pada NWLR dan rugi pelepasan aset tetap.
Nilai aset HRUM naik 23,03% menjadi US$ 613,58 juta, dari posisi akhir Desember lalu senilai US$ 498,70 juta.
Aset ini terbagi menjadi aset lancar sebesar US$ 189,02 juta dan US$ 424,56 juta sisanya merupakan aset tidak lancar, termasuk di dalamnya investasi baru pada entitas asosiasi sebesar US$ 204,12 juta yang pada akhir Desember tahun lalu tidak ada.
Liabilitas perusahaan tercatat naik 232% menjadi US$ 146,04 juta dari semula sebesar US$ 43,90 juta.
Penambahan terbesar terjadi pada utang bank jangka panjang yang semula tidak ada kini menjadi US$ 82,95 juta. Baca Juga : Berkah! Deretan Crazy Rich RI yang Kucurkan Donasi Covid-19
Selain itu terdapat pula utang dividen sebesar US$ 7,01 juta dan utang jangka pendek kepada pihak ketiga naik menjadi US$ 16,70 juta dari sebelumnya US$ 4,57 juta.
Liabilitas jangka pendek tercatat sejumlah US$ 43,89 juta sedangkan sisanya berupa liabilitas jangka panjang sebesar US$ 102,15 juta.
Ekuitas HRUM tercatat naik menjadi US$ 467,53 juta.
Pada penutupan perdagangan Senin (2/8) di pasar modal, saham HRUM naik 0,87% ke level Rp 5.800/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 15,68 triliun. Dalam seminggu saham ini naik 0,43%, selama sebulan tumbuh 13,73% dan sejak awal tahun melonjak 94,63%.
Manajemen HRUM, dalam dokumen paparan publik 8 Juli lalu, menyampaikan perseroan melakukan investasi US$ 149 juta untuk tambang nikel, terbagi menjadi US$ 80 juta (Rp 1,16 triliun) untuk akuisisi PT Position dan US$ 69 juta (Rp 1 triliun) untuk akuisisi saham PT Infei Metal Industry (smelter nikel).
Selain kedua perusahaan dalam negeri tersebut terdapat pula akuisisi tambahan melalui pembelian saham di perusahaan produsen Nickel Pig Iron (NPI) asal Australia, Nickel Mines Limited, sebesar AU$ 45 juta atau setara Rp 472,50 miliar (Rp kurs 10.500/AU$).
Akuisisi PT Position menjadikan HRUM memiliki saham sebesar 51% yang telah dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan perusahaan.
Meskipun telah menjadi pemegang saham mayoritas, PT Position yang aset utamanya berupa properti pertambangan diharapkan baru dapat beroperasi secara komersial pada semester kedua tahun 2022 yang proses konstruksi penambangan nikel telah dimulai sejak akhir tahun 2020.
Sedangkan untuk bisnis smelter (pemurnian), saat ini kepemilikan saham perseroan secara tidak langsung di PT Infei Metal Industry adalah sebesar 24,5%.
Infei Metal Industry rencananya akan memproses bijih nikel yang kelak ditambang dari PT Position untuk kemudian diproses lebih lanjut.
Saat ini, HRUM menjelaskan rencana pemurnian nikel hanya pada tahap produksi Nickel Pig Iron dan selebihnya masih dalam tahap penjajakan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.