Mendag optimistis RI jadi pengekspor alumina global pada 2024
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi optimistis bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara pengekspor produk alumina dan aluminium ingot (batangan) terbesar di dunia pada 2024-2025 setelah investasi dari PT Bintan Alumina Indonesia di Bintan, Kepulauan Riau, mulai melakukan produksi.
"Investasinya 6 miliar dolar AS. Ekspor kita bidang alumina dan aluminium ingot ini akan terjadi pertumbuhan yang sangat besar antara 2024-2025 ketika pabriknya jadi. Ini akan terjadi," kata Mendag saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Kamis.
Mendag menyampaikan hal itu merupakan salah satu contoh diversifikasi ekspor yang terjadi di Indonesia di mana pada 10 tahun yang lalu, ekspor Indonesia masih didominasi bahan mentah dan barang setengah jadi.
Diversifikasi ekspor, menurut Mendag, membutuhkan investasi dan industrialisasi, di mana setelah investasi masuk ke tanah air maka beberapa tahun kemudian Indonesia bisa menikmati adanya produk baru nonmigas yang potensial ekspor.
"Seperti yang saya utarakan, bahwa kita memang di 10 tahun lalu masih mengekspor barang setengah jadi dan mentah. Kalau sekarang sudah bergeser, kita sudah menjual besi baja, kita sudah menjual otomotif, yang ini adalah basis daripada investasi ini juga. Diversifikasi itu akan berjalan ketika ada investasi dan basis industrialisasi," papar Mendag.
Lutfi meyakini Indonesia akan sukses melakukan diversifikasi ekspor pada waktu mendatang. Hal tersebut dapat terlihat dari investasi yang masuk untuk memproduksi komoditas yang belum ada di dalam negeri dan potensial untuk ekspor.
Misalnya, industri nikel yang ada di Morowali, saat ini menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar kedua pengekspor stainless steel ke berbagai negara di dunia.
"Ini adalah bagian dari diversifikasi ekspor tersebut. Setidaknya, ada 14 titik industri baru, sebagian besar di luar Pulau Jawa yang punya investasi 5 miliar dolar dan ini dalam tidak terlalu lama, mereka akan menjadikan barang-barang nonmigas yang akan kita ekspor ke luar negeri," pungkas Mendag.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.