JAKARTA, investor.id – Pihak Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai ekspor pada Februari 2021 mencapai US$ 15,27 miliar. Nilai ekspor tersebut turun 0,19% dibanding ekspor Januari 2021 (month to month/mtm), sedangkan dibanding Februari 2020 (year on year/yoy) naik 8,56%. “Kalau kita lihat perkembangannya menggembirakan, kalau mundur ke belakang sejak November 2020 ekspor kita selalu tumbuh positif secara year on year. Tentu saja ini perkembangan yagn sangat menggembirakan dan kita harapkan ekspor kita kedepan akan semakin bagus,” ucap Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam telekonferensi pers di Kantor BPS pada Senin (15/3/2021). Struktur ekspor nonmigas berperan hingga 94,36% dan migas sebesar 5,64%. Berdasarkan sektor, ekspor di sektor nonmigas mengalami penurunan 2,63% tetapi secara year on year naik 6,9%. Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2021 terhadap Januari 2021 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$ 639,5 juta (27,11%), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$ 240,7 juta (24,2%). Nilai ekspor industri pengolahan sebesar US$ 12,15 miliar mengalami pertumbuhan positif baik secara year on year maupun moth to month, masing masing sebesar 1,38% dan 9%. Secara moth to month komoditas yang meningkat yaitu besi baja, kimia dasar organik yang bersumber dari minyak, kendaraan bermotor roda empat, logam dasar mulia, dan komoditas lainnya. “Secara year on year, beberapa komoditas yang mengalami peningkatan cukup besar antara lain besi, baja, kimia dasar organik dan peralatan listrik,” jelas dia. Nilai ekspor pertanian sebesar US$ 310 juta secara MTM mengalami penurunan sebesar 8,96%. Beberapa komodtias pertanian yang turun cukup besar adalah sarang burung, kopi, ikan segar, ikan dingin hasil tangkap serta penurunan ekspor hasil budi daya. Namun secara year on year ekspor pertanian tumbuh 3,16%. “Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan penjualan secara year on year adalah tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, lada putih hasil hutan bukan kayu lainnya, rumput laut dan gangang lainnya,” jelas Suhariyanto. Sementara itu, nilai ekspor di sektor pertambangan adalah US$ 1,95 miliar atau mengalami penurunan 6,71% secara month to month. Sebab terjadi penurunan untuk ekspor biji tembaga, lignit, biji besi serta biji seng. Namun secara year on year terjadi kenaikan sebesar 7,53%. “Komoditas yang naik cukup besar adalah biji tembaga, lignit dan batu bara,” tutur Suhariyanto. Ekspor nonmigas Februari 2021 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 2,95 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,86 miliar, dan Jepang US$ 1,20 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,77 %. Sementara ekspor ke Asean dan Uni Eropa masing-masing sebesar US$ 2,99 miliar dan US$ 1,13 miliar. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Februari 2021 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 5,16 miliar (16,9%), diikuti Jawa Timur US$3,23 miliar (10,56 %), dan Riau US$ 2,64 miliar (8,63%). Editor : Thomas Harefa (thomas@investor.co.id) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Nilai Ekspor Februari 2021 Capai US$ 15,27 Miliar"
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.