Raksasa Aluminium, Emirates Global Aluminium Bakal IPO Rp 275 Triliun
Produsen aluminium terbesar di dunia, Emirates Global Aluminium (EGA) berencana melakukan penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) hingga Rp 275 triliun tahun depan. Langkah tersebut bakal menjadi salah satu aksi penjualan saham terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) dalam beberapa tahun terakhir.
Emirates Global Aluminium dikabarkan tengah memeriksa proposal dari bank yang mengajukan untuk menjadi penasihat IPO, menurut tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut dan menolak disebutkan namanya karena tidak untuk dipublikasikan. Sementara itu, EGA menolak berkomentar ketika dihubungi oleh Reuters, Kamis (26/8).
Raksasa aluminium tersebut dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menawarkan 10% hingga 20% sahamnya kepada investor ekuitas dalam penjualan saham. Menurut perkiraan bank Rothschild & Co, perusahaan berpotensi meraup dana $16 miliar hingga $19 miliar dari aksi IPO tersebut. Jika dirupiahkan, jumlahnya setara Rp 232 triliun hingga Rp 275,5 triliun.
Rothschild & Co merupakan bank yang dikendalikan oleh keluarga Rothschild. Perusahaan keuangan ini akan bertindak sebagai penasihat keuangan dalam transaksi tersebut, kata mereka. Rothschild & Co tidak menanggapi permintaan komentar.
Salah satu sumber mengharapkan agar bank bisa memberikan penilaian baru terkait potensi IPO Emirates Global Aluminium. Disusul mengenai minat investor terkait rencana IPO dan faktor-faktor lainnya.
“Sementara itu, harga aluminium di Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai rekor bulan ini dan dapat mempengaruhi keputusan dan selera untuk IPO,” kata sumber Reuters.
Adapun keputusan EGA tentang mandat bank belum dikomunikasikan. Sumber memperkirakan kesepakatan akan mencakup beberapa bank investasi internasional, bersama pemberi pinjaman lokal First Abu Dhabi Bank dan Emirates NBD. First Abu Dhabi Bank tidak menanggapi permintaan komentar. Emirates NBD menolak berkomentar.
EGA merupakan perusahaan yang dimiliki bersama investor negara bagian Abu Dhabi, Mubadala dan Investment Corp of Dubai. Perusahaan dibentuk pada 2013 ketika perusahaan milik negara Dubai Aluminium dan Emirates Aluminium dari Abu Dhabi bergabung. Mubadala menolak berkomentar, sedangkan ICD tidak menanggapi permintaan komentar.
Emirates Global Aluminium memiliki pabrik peleburan di Abu Dhabi dan Dubai, serta tambang bauksit di Guinea. Pada 2020, perusahaan berhasil membukukan pendapatan inti sebesar 4,1 miliar dirham atau US$ 1,12 miliar, setara Rp 16,24 triliun. Capaian tersebut meningkat dari 2,5 miliar dirham tahun sebelumnya.
Rencana EGA untuk IPO di 2018 sempat tertunda setelah presiden AS Donald Trump memberlakukan ekspor aluminium dari Emirates. Trump menaikkan tarif sebelum meninggalkan kantor tetapi Presiden Joe Biden menerapkannya kembali pada Februari.
Di sisi lain, tahun lalu PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) /Inalum atau Mind ID menandatangani kontrak dengan EGA terkait lisensi teknologi EGA dan penempatan (secondment) personil EGA di Inalum.
Kontrak lisensi teknologi tersebut merupakan pilot test untuk optimasi tungku smelter aluminium milik Inalum di Batubara, Sumatera Utara. Salah satu proyek Inalum yang dapat dilakukan melalui kemitraan strategis bersama EGA adalah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.
Minat perusahaan-perusahaan UEA untuk melakukan ekspansi ke Indonesia meskipun di masa pandemi cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran delegasi bisnis pada gelaran Indonesia – UAE Week 2020.
Tercatat tujuh perusahaan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, seperti Masdar, Abu Dhabi Holding, Emirates Global Aluminium (EGA), Taqa, Alfoah, FAB dan Silverpumps.
Penandatanganan kontrak Inalum-EGA sekaligus menutup Event Indonesia-UAE Week 2020 yang digelar KBRI Abu Dhabi pada tanggal 15-21 Desember 2020.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.