Jakarta, CNBC Indonesia - Persediaan nikel jatuh ke level terendah sejak 2019 menopang laju harga pada perdagangan hari ini.
Pada Rabu (3/11/2021) pukul 14:20 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 19.687,5/ton, naik 0,44% dibanding harga penutupan kemarin.
nikelSumber: Investing.com
Baca: Lama Gak Kedengaran, Ini Kabar Buruk buat Saham ANTM-INCO dkk
Persediaan nikel di gudang LME (London Stock Metal Exchange) menyusut 46,75% dari April yang jadi level tertinggi menjadi 140.904 ton. Jumlah tersebut merupakan persediaan terendah sejak Desember 2019, turun 41,05%year-on-year(yoy) dibanding 2 November 2020.
Rata-rata persediaan bulan November sebesar 141.6721 ton, turun 3,58% dari rata-rata persediaan Oktober sebesar 174.107 ton.
Produksi di Filipina, pemasok bijih nikel terbesar ke China, bisa turun tahun ini karena cuaca yang tidak menguntungkan, kata kepala asosiasi nikel negara itu. Kejadian ini akan membuat persediaan nikel semakin langka. Persediaan yang menipis akan mendorong nikel untuk menguat.
China sendiri adalah konsumen terbesar nikel dunia dan memiliki permintaan yang sangat tinggi untuk produksi baja anti karat (stainless steel).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.