syik, INCO sisihkan dividen US$ 33 Juta setelah absen sejak tahun 2014
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyebar dividen bagi para pemegang sahamnya. Ini adalah pertama kalinya INCO kembali membagikan dividen sejak tahun 2014 silam.
Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto mengatakan, total dividen yang dibagikan mencapai US$ 33 juta, atau sekitar 40% dari laba bersih INCO tahun 2020. Tahun lalu, INCO membukukan laba bersih US$ 82,82 juta, naik 44,2% secara tahunan.
Nantinya, pemegang saham akan menerima dividen sebesar US$ 0,0033 per saham yang dimiliki. Dividen akan dibayarkan pada 28 Mei 2021. "Pertimbangan membagi dividen diambil karena kas yang di akhir 2020 cukup baik," jelas Bernardus usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Kamis (29/4).
Baca Juga: Kerugian PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) Menyusut 24,40% Dalam Tiga Bulan
Selain itu, manajemen INCO juga melihat perbaikan harga nikel masih akan mendukung kinerja INCO ke depan.
"Harga nikel dan kinerja perusahaan baik, sehingga, mengakumulasi kas tinggi sampai akhir 2020," imbuh Bernardus. Sebagai informasi, pada akhir 2020, kas dan setara kas INCO tercatat sebesar US$ 388,68 juta, naik 56,07% dari posisi awal tahun yang sebesar US$ 249,04 juta.
INCO Chart by TradingView
Bernardus mengatakan, INCO juga tengah mengawal perkembangan proyek smelter Bahodopi dan Pomalaa. Karena masih membutuhkan dana kas untuk proyek tersebut, maka pembagian dividen diputuskan hanya sebesar 40% dari laba bersih.
INCO menargetkan, kesepakatan prinsip proyek Bahodopi bisa selesai pada tahun ini. Sehingga, proyek tersebut diharapkan bisa segera dimulai.
Adapun final investment decision (FID) ditargetkan rampung di akhir tahun ini atau awal tahun depan. Sedangkan di proyek Pomalaa, INCO sudah mencapai tahap negosiasi inti dan berharap FID rampung tahun depan.
Baca Juga: Menelisik Pesta Cuan Ratusan Miliar Rupiah Para Investor Kakap di Saham TAPG
Tahun ini, INCO menganggarkan belanja modal US$ 135 juta. Sebagian besar dana ini digunakan untuk pembangunan kembali (rebuild) tungku elektrik atawa electric furnace 4, peremajaan alat dan pembangunan proyek tambang.
Karena ada keterlambatan proyek furnace 4, INCO menargetkan produksi nikel hingga akhir 2021 hanya sebesar 64.000 MT, lebih rendah dibandingkan tahun 2020 lalu yang sebesar 72.237 MT sepanjang 2020.
Baca Juga: Jadi Andalan Penggerak Ekonomi Kala Pandemi, Rasio Utang Pemerintah Terus Membengkak
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama memperkirakan, pendapatan INCO tahun ini bisa naik 7,5% secara tahunan dan laba bersihnya naik 17,92%.
Menurut dia, pasar akan mengapresiasi pembagian saham INCO. Okie merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 6.850 per saham, yang mencerminkan EV/EBITDA sebesar 19,19 kali.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.