Jakarta – Raksasa industri aluminium asal Rusia, UC Rusal masih tertarik untuk mengembangkan industri pengolahan bauksit di KalimantanBarat melalui pembangunan refinery alumina.
Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan perusahaan tersebut penghasil aluminium terbesar danmenyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Indonesia serta ingin bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
Berdasarkan catatan Bisnis, rencana pembangunan smelter oleh Rusal dan PT Aneka Tambang Tbk. Telah meneken MOU untuk membangun smelter di Tayan, Kalantan Barat. Namun karena krisis perjanjian itu tidak dilanjutkan. Setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor mineral mentah per 12 Januari 2014, Rusal kembali tertarik membangun smelter di Indonesia.
Pada Februari 2014, CEO Rusal Oleg Deripaska mengatakan alasan kuat Rusal mau membangun smelter di Indonesia karena konsumsi alumina di Indonesia mencapai 700.000 to per tahun. “Semuanya import”, tegasnya.
Disisi lain, Indonesia memilik cadangan bauksit yang memungkinkan untuk investasi jangka panjang. Selain itu, indonesia merupakan produksi batubara yang menjadi salah satu unsur alumina.
Nantinya, tambahan produksi akan diimpor ke Rusia untuk menjadi aluminium. Selain itu juga akan dipasarkan ke Tiongkok dan Siberia.
Oleg mengatakn opsi pemprosesan alumina menjadi aluminium tidak bisa dilakukan di Indonesia karena terkendala ketidaadaan pasokan listrik.
Nantinya, menurut Oleg, smelter yang akan dibangun berkapasitas 1,2 juta ton per tahun dengan kebutuhan Bauksit sekitar 3 juta ton per tahun. Dia menyebutkan pabrik pengolahan itu membutuhkan cadangan bauksit 200 juta ton untuk investasi jangka panjang.
Terkait biaya investasi, dia menyebutkan nilai investasi mencapai US$3 milir. Namun, angka pasti baru diumumkan setelah uji kelayakan rampung.
Seperti diketahui, Pabrik olahan mineral membutuhkan pasokan listrik besar. Oleg menyatakan, smelter Alumina lebih membutuhkan uap daripada listrik. Lokasi kalimantan barat memiliki batubara yang melimpah. Kebutuhan batubara mencapai 1,4 juta ton per tahun untuk kapasitas produksi alumina 2,7 ton per tahun.