JAKARTA, Investor.id - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis merealisasikan target produksi nikel sebanyak 71-73 ribu ton tahun ini. Hal ini didukung atas tuntasnya akvititas pemeliharaan pabrik perseroan pada kuartal I-2019.
Optimisme perseroan juga didukung atas tercapainya kenaikan produksi nikel dalam matte perseroan sebesar 35% menjadi 17.631 nikel pada kuartal II-2019, dibandingkan kuartal I-2019.“Produksi nikel perseroan kuartal II-2019 lebih tinggi dari produksi kuartal I-2019 di saat aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan selesai,” kata CEO dan Presiden Direktur ValeNico Kanter melalui penjelasan resminya di Jakarta, Senin (22/7) .
Namun realisasi produksi hingga semester I-2019 masih menunjukkan penurunan sekitar 15% menjadi 30.711 ton, dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 36.034 ton. Penurunan akibat aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan pada Larona Canal Relining, shutdown pabrik, dan masalah-masalah di tanur listrik yang tidak terencana pada 2019.
Sebelumnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan, Vale memiliki kekuatan untuk menopang pertumbuhan kinerja keuangan dalam jangka panjang. Pertumbuhan datang dari peningkatan volume produksi, diversifikasi sumber energi pabrik, dan kualitas nikel perseroan tergolong terbaik di dunia.
Menurut dia, Vale Indonesia merupakan produsen nikel yang menghasilkan produk premium, dibandingkan produsen global lainnya. Perseroan memiliki kandungan biji nikel tingkat pertma dengan rata-rata 1,79%, dibandingkan produksi nikel global lainnya berkisar 1,58%.
“Perseroan tidak hanya memproduksi bijih nikel premium, tetapi juga nikel olahan kelas satu yaitu nikel matte dengan kandungan sebesar 78%, dibandingkan dengan feronikel dan NPI. Kandungan biji nikel premium tersebut menjadi keunggulan perseroan dalam bersaing di pasar global,” terangnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini.
Menurut dia, Vale Indonesia juga tercatat sebagai satu-satunya produsen nikel dalam matte di Indonesia. Perseroan juga memiliki cadangan nikel besar dengan total cadangan mencapai 116,5 juta ton yang berada di area konsesi penambangan seluas 118 ribu hektare untuk menopang pertumbuhan kinerja keuangan ke depan.(hut)
Pertumbuhan perseroan, ungkap dia, didukung atas upaya perseroan secara terus menurus untuk mendiversifikasi pemanfaatan sumber energi guna menciptakan efisiensi. Perseroan memanfaatkan sumber energi HSFO dan minyak diesel untuk proses produksi. Namun saat ini penggunaan energi batubara kalori tinggi mulai ditingkatkan.
“Keinginan perseroan untuk melanjutkan diversifikasi penggunaan energi sebagai strategi untuk menciptakan efisiensi, sehingga kami percaya bahwa biaya bahan bakar Vale Indonesia akan tetap terjaga pada level 30% dari total biaya produksi ke depan,” ungkapnya.