Ada 53 Smelter di 2023, Menteri ESDM Optimistis RI Jadi Tujuan Investasi
Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan akan ada 53 proyek fasilitas pemurnian (smelter) yang beroperasi pada 2023. Hal tersebut akan menjadikan indonesia sebagai tujuan investasi.
"Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD21,28 miliar. Kita harapkan progresnya akan diakselerasi pada 2022, karena 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat. Smelter ini harus jadi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis, 25 November 2021.
Adapun 53 proyek smelter tersebut terdiri dari 19 unit smelter existing, yang 13 di antaranya adalah smelter nikel. Kemudian, direncanakan pembangunan 17 smelter lainnya, sehingga total smelter nikel nantinya menjadi 36 unit dengan nilai investasi USD8 miliar. Barulah pada 2023 bertambah menjadi 53 smelter.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Pengoperasian smelter ini memang sudah menjadi aturan pemerintah bagaimana kita sungguh-sungguh merealisasikan program hilirisasi," imbuhnya
Adapun dengan jumlah smelter tersebut kebutuhan listrik mencapai 5,6 GW yang berada di seluruh wilayah Indonesia. Kementerian ESDM, kata Arifin, berkomitmen menyiapkan infrastruktur yang andal untuk mendukung kebutuhan listrik tersebut.
"Kebutuhan listrik untuk 53 smelter ini mencapai 5.600 MW atau 5,6 GW dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ini tentu saja menjadi tantangan kita terutama mendukung industri-industri ini dengan energi hijau," ucapnya.
Lebih lanjut, Arifin menjelaskan alasan yang membuat Indonesia menarik untuk investasi pertambangan. Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel di Indonesia merupakan terbesar di dunia yaitu 23 persen. Begitu juga untuk produksi nikel merupakan yang terbesar di dunia.
Lalu produksi timah Indonesia yang mencapai 17 persen dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya.
Adapun komoditas pertambangan lainnya yang masuk jajaran terbesar dunia adalah bauksit yang menempati urutan ke-6 terbesar dunia untuk cadangan dan produksinya.
Setelah itu tembaga yang menempati posisi ke-7 untuk cadangan dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Setelahnya ada emas yang berada di posisi ke-5 pada cadangan dan ke-6 pada produksi.
Selain itu ada juga logam tanah jarang dan lithium, namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan komoditas tersebut.