a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Kinerja Antam Disebut Konyol, Komisi VI DPR RI Pertanyakan Soal Laba Hingga Progress Smelter Nikel

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI Hendrik Lewerissa membayangkan keberadaan perusahaan plat merah yang membidangi pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk atau Antam bisa memberikan kontribusi besar bagi negara. Namun besarnya harapan yang ditujukan Antam tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada.

Perusahaan yang saat ini dipimpin Direktur Utama Dana Amin, Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis Risono, Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Anton Herdianto, Direktur Sumberdaya Manusia Luki Setiawan Suardi, dalam kenyataannya tidak memberikan kontribusi yang besar bagi Negara.

"Imajinasi saya sebenarnya Antam menjadi kontributor terbesar bagi Republik ini, tapi kalau kita lihat data-data yang masuk, kan cuma 1,6 (Triliun) kontribusinya. Itu juga telah menghitung PNBP dan sebagainya, untungnya enggak seberapa besar," tegas Hendrik dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direktur Utama PT Antam di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Senayan, Kamis 2 Desember 2021.

Anggota Fraksi Gerindra itu mengungkapkan, hingga saat ini dirinya tidak mengetahui apa yang menjadi kendala fundamental Antam sehingga tidak maksimal dalam memberikan kontribusi bagi Negara. Padahal diawal pemaparannya disampaikan bahwa tingkat produksi dan penjualan emas, feronikel, bauksit hingga nikel mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Nyatanya, diujung-ujung dinyatakan kontribusinya hanya kecil.

Ia lantas mempertanyakan data produksi dan penjualan emas, feronikel, bauksit hingga nikel tahun 2018 dan 2019. Komisi VI hanya mendapatkan pemaparan produksi dan penjualan sepanjang tahun 2021 dan membandingkannya dengan tahun 2020.

"Secara statistik jelas antara produksi dan penjualan, peningkatannya signifikan sekali (2021). Tapi tahun 2018, 2019 itu kan cukup lumayan produksi dan penjualannya. Itu saya tidak dapat data perbandingan disini," ucap Hendrik.

Senada, Sondang Tiar Debora Tampubolon dari Fraksi PDI Perjuangan menyatakan jika saat ini PT Antam saat ini sebenarnya sedang dalam posisi diuntungkan. Hal itu sejalan dengan naiknya beberapa komoditas yang menjadi primadona. Nikel misalnya, saat ini banyak Negara yang sedang mencari-cari komoditas nikel yang terkandung di Indonesia Timur.

"Kita berharap Antam jangan sampai kehilangan momentum ini, (sebab) kalau kehilangan momentum akan sama nasibnya seperti komoditi lainnya yang kita unggul dulu," sebutnya.

Selain soal kinerja Antam, Sodang Tampublon juga mempertanyakan progress pembangunan smelter nikel yang tidak berjalan maksimal dengan alasan pasokan listrik. Semestinya, sejak perencanaan Antam sudah memperhitungkan berbagai resikonya sehingga ketika dihadapkan pada persoalan ditengah jalan ada solusi lain. Hal yang disebutnya konyol.

"Saya rasa, ini mohon maaf, ini sangat konyol sekali," kata dia.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Dana Amin dalam kesempatan itu menyampaikan, hingga triwulan ketiga di tahun 2021 Antam mencatatkan laba yang tinggi. Antam membukukan laba sebesar Rp 1,71 triliun atau melonjak sebesar 104,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2020 yaitu sebesar Rp 835,78 Miliar. Besaran laba itu sejalan dengan meroketnya penjualan emas pada periode sembilan bulan terakhir.

"Antam mencatat penjualan Rp 26,47 triliun, nilainya meningkat 46,79 persen dibandingkan kinerja penjualan pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 18,03 triliun," kata Dana Amin dalam laporan sebagaimana disampaikan Wakil Ketua Komisi VI Gde Sumarjaya Linggih.

Diungkapkan pula bahwa komoditas emas menjadi penunjang utama bisnis Antam. Tercatat penjualan produk emas mencapai Rp 17,67 triliun hingga September 2021. Nilai tersebut meningkat jauh dibandingkan 12,98 triliun pada september 2020. Meski total penjualan meningkat, namun beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan sehingga menggerus profit perusahaan.

"Jumlah beban usaha meningkat pada sembilan bulan pertama 2021. Beban pokok penjualan Rp 21,33 triliun atau meningkat 41,02 persen dari 15,13 triliun. Sementara beban usaha yang ditanggung antam naik 90,51 persen dari Rp 1,46 triliun," ucapnya.

Secara umum, lanjut Dana Amin, kinerja perusahaan Antam yang baik berdampak pada harga saham di pasar modal. Pada awal tahun diakui sempat diterpa isu negatif sehingga harga saham Antam kurang baik di awal tahun, namun berangsur-angsur membaik pada pertengahan hingga akhir tahun 2021. (*)