KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga timah global naik menyentuh harga tertinggi. Persoalan produksi yang menurun masih menjadi sentimen yang melambungkan harga timah. Sementara, permintaan timah untuk kebutuhan teknologi dan elektronik semakin meningkat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (19/11), harga timah kontrak 3 bulan di London Metal Exchange berada di US$ 38.429 per metrik ton. Sebelumnya, Kamis (18/11), harga timah menyentuh rekor tertinggi di US$ 38.453 per metrik ton. Sejak awal tahun harga timah naik sekitar 78%.
Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sebelum pandemi harga paladium yang melambung tinggi, sekarang giliran harga timah yang melambung. Secara umum, kenaikan harga timah saat ini sama seperti fundamental komoditas lainnya, yaitu persoalan supply chain atawa rantai pasokan.
"Rantai pasokan global didominasi segelintir produsen yang kini masih terganggu Covid-19," kata Wahyu, Senin (22/11). Bahkan, International Tin Association (ITA) memperkirakan pasar timah global defisit pasokan dalam empat dari lima tahun sebelum sebelum 2020.
Selain itu, pasokan timah masih terganggu karena pasokan timah dari Myanmar sebagai importir utama China masih menutup pelabuhannya demi mengurangi penyaluran Covid-19.
Dalam jangka panjang Wahyu memproyeksikan harga timah akan terus naik. Sentimen positif datang dari kebutuhan timah untuk bahan dasar sektor teknologi. "Solder timah merupakan inti dari industri teknologi sebagai lem yang menyatukan semua peralatan elektronik dan listrik," kata Wahyu. Alhasil, Wahyu memproyeksikan harga timah di 2022 masih akan bullish.
Namun, kenaikan harga timah di tahun depan tidak akan setinggi di tahun ini. Sentimen yang menekan penguatan harga timah adalah normalisasi produksi. Malaysia dan China memiliki pasokan lebih dan memulihkan pasokan. Tercatat, produksi timah China naik 2,8% secara bulanan di Oktober.
Wahyu memperkirakan rentang pergerakan harga timah tahun depan berada di US$ 25.000 per metrik ton-US$ 45.000 per metrik ton, dengan rata-rata harga di US$ 35.000 per metrik ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.