Bangun Smelter di Sumbawa, Pemprov Minta AMNT Koordinasi
MATARAM-Rencana PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) membangun pabrik pemurnian konsentrat atau smelter di Pulau Sumbawa belum diketahui Pemprov NTB. Hingga saat ini, perusahaan tambang itu belum memberikan penjelasan apa-apa pada pemprov.
”Belum ada (penjelasan) ke kita. Ya disampaikan resmilah kepada pak gubernur,” kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) NTB H Muhammad Husni pada Lombok Post, kemarin (27/4).
Menurutnya, jika memang perusahaan milik taipan Indonesia Arifin Panigoro itu serius ingin membangun smelter, maka koordinasi dengan pemerintah daerah harus dilakukan. Perusahaan harus tetap menjelaskan rencana detail pembangunannya. Sehingga gubernur beserta institusi di bawahnya paham apa yang akan dilakukan. Dengan menyampaikan secara resmi, pemerintah daerah akan semakin yakin perusahaan sungguh-sungguh dalam membangun. ”Kalau lisan (saja) kan tidak bisa dipegang,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, PT AMNT tengah menyiapkan rencana investasi USD 100 miliar atau sedikitnya Rp 100 triliun dalam 10 tahun ke depan. Yang paling dekat, PT AMNT akan membangunan pabrik pemurnian konsentrat atau smelter di Pulau Sumbawa. Dalam waktu lima tahun, fasilitas ini diharapkan telah beroperasi secara penuh.
”Smelter akan kami bangun di Benete, di atas lahan buffer zone kami yang ada di sana saat ini,” kata Manajer Tanggung Jawab Sosial dan Hubungan Pemerintah PT AMNT Kasan Mulyono di sela sosialisasi pelaksanaan izin lingkungan dan izin dumping tailing PTAMNT di Mataram, Kamis (20/4).
Tidak dirincikan berapa total investasi yang akan digelontorkan untuk membangun smelter. Namun, di Indonesia setidaknya dibutuhkan investasi paling sedikit USD 1,2 miliar untuk membangun fasilitas smelter yang komplet. Jumlah itu setara dengan Rp 30 triliun.
Menurut Husni, pemprov sangat mendukung rencana pembangunan smelter itu, karena sudah menjadi kewajiban sesuai undang-undang. Dengan adanya smelter itu, yang diekspor bukan lagi konsentrat, tetapi logam. Bisa berupa emas, bisa tembaga. Daerah tentu akan diuntungkan, salah satunya ekspor tetap tercatat di NTB, kemudian pasti ada nilai tambah seperti penyerapan tenaga kerja, aktivitas ekonomi akan tumbuh, dan seterusnya.
Lokasi yang paling bagus untuk membangun smelter adalah di sekitar tambang agar tidak menghabiskan banyak biaya transportasi. Sebelum pembangunan tentu harus ada kajian analisis dampak lingkungan.
Sementara itu, Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi menyambut positif rencana PT AMNT tersebut, ia bahkan berharap segera terealisasi dalam waktu dekat. Ia optimis bila smelter terbangun, dampaknya akan banyak bagi NTB, apalagi mereka juga akan membangun industri turunannya. Sehingga akan tumbuh industri petrokimia dan yang lainnya.
”Kami mendorong terus dan apa yang bisa kami lakukan, termasuk komunikasi dengan pemerintah pusat,” katanya.
Misalnya bicara tentang Freeport, TGB ingin agar perusahaan Amerika itu juga bisa diajak ikut terlibat dalam pembangunan smelter di NTB. Sehingga pabrik itu nanti bisa mengolah hasil pertambangan dari PT AMNT maupun hasil tambang milik Freeport. (ili/r1)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.