Saat ini, Haris menjelaskan, Kemenperin membahas pembentukan Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (LPPI), yang akan difokuskan untuk membantu pendanaan hilirisasi industri.
“Kami tengah mengkaji urgensi lembaga pembiayaan ini. Kebanyakan, hilirisasi industri merupakan program jangka panjang dan padat modal. Ini membuat kebanyakan investor tidak tertarik,” paparnya.
Lembaga pembiayaan itu akan fokus pada proyek infrastruktur dan industri pengolahan yang menelan investasi besar dan lama balik modal. Contohnya, investasi industri petrokimia hulu atau pabrik pemurnian dan pengolahan mineral (smelter), yang membutuhkan teknologi dan berisiko tinggi.
“Industri sangat butuh lembaga pembiayaan untuk modal kerja dan investasi. Lembaga ini bisa saja mendanai pengembangan kawasan industri,” kata Haris.
Haris mengatakan, tahun ini, pihaknya masih memprioritaskan industri padat karya yang berorientasi ekspor, IKM berorientasi ekspor, serta vokasi industri. Kemenperin akan mengusulkan, industri yang turut serta mengembangkan pendidikan vokasi dengan menggandeng Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau lembaga kejuruan mendapatkan insentif pemotongan pajak (tax allowance).
“Nanti, perusahaan seperti itu diusulkan masuk kategori yang bisa mengajukan tax allowance,” kata Haris. (dho/ac)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.