JAKARTA. Para pengusaha smelter mengeluh pihak perbankan masih ogah memberikan pinjaman untuk proyek pembangunan smelter.
Padahal, program hilirisasi mineral ini sudah menjadi program strategis pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas sumber daya alam mineral.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mieneral Indonesia (Apemindo) Ladjiman Damanik mengungkapkan, perbankan dalam negeri, masih enggan untuk memberi pinjaman kepada perusahaan lokal yang ingin membangun smelter.
Ia menilai, perbankan nasional masih cenderung lebih nyaman untuk memberi pinjaman pada sektor-sektor yang mereka anggap memberi keuntungan pasti seperti properti atau perkebunan.
"Kami mendesak pemerintah mengarahkan sebagian dananya ke sektor pertambangan atau industri hilirisasi mineral dengan berbagai insentif fiskal, sehingga program ini bisa berhasil," katanya kepada KONTAN, Rabu (29/6).
Selama ini perusahaan-perusahaan lokal yang membangun smelter hanya bergantung pada modal asing. Kebanyakan dana yang diperoleh berasal dari perusahaan rekanan yang selama ini menerima pasokan ekspor bijih tembaga yang mereka produksi. Contohnya, pembangunan smelter PT Aneka Tambang Tbk di Pomalaa membutuhkan dana US$ 600 juta. Perusahaan ini mendapat fasilitas pinjaman investasi syariah dari Bank Maybank Indonesia sejumlah US$ 100 juta.
Lalu Harita Group yang mendapatkan pinjaman dari perbankan China US$ 320 juta untuk membangun smelter feronikel di Kalimantan Barat. Patner yang mereka ajak adalah China Hong Qiao Group Ltd, Winning Investment Ltd, PT Danpac Resources Kalbar Investment.
Hanya saja pemerintah tak memberikan respon keluhan pengusaha smelter ini. Jurubicara Kementerian ESDM Sujatmiko hanya bilang Kementerian ESDM berupaya mengidentifikasi dan evaluasi peraturan kewajiban membangun smelter, agar bisa sejalan dengan upaya percepatan pembangunan smelter.
Dalam catatan Kementerian ESDM hingga awal Juni 2016 yang lalu sudah mulai terbangun 23 smelter. Proyek smelter ini terdiri dari 6 nikel, 1 bauksit, 1 mangan, 11 zirkon, 2 kaolin dan 2 zeolit. "Diharapkan sampai akhir tahun bisa 27 smelter," katanya kepada KONTAN, Rabu (29/6).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.